Di part ini..kedekatan Fia sama Levin mulai muncul lhoo, yaa meskipun masih sebatas partner kerja...ckck, sabar yaa Fia..
---
" Eummm..oh ya permisi aku tinggal dulu sebentar yaa " sela Milka tiba-tiba, tuhh kan kenapa lagi sihh tu anak masih senyum aja.
Baru beberapa detik dia berbalik, dia langsung menghampiri ku lagi
" Aduhh..lupa Fia kamu duduk di meja kerja sebelah Levin dulu yahh ", ucap Milka buru-buru dan langsung pergi.
Aku pun langsung duduk di meja yang tadi Milka suruh. Aku sedikit gugup, upppss tidak apaan sih?
Kenapa juga harus gugup, ini kan bukan duduk dihadapan seorang penghulu.
" Bisa ambilkan spidol merah di meja mu itu", pinta Levin tiba-tiba,
" Hahh? Apa? Ohh ya bisa", jawab ku 'tuhh kan gugup'.
Aku mencari spidol merah yang dia maksud tapi mana sih, katanya di meja. Nah itu dia ternyata terhalang tumpukan berkas,
" Nahh..ini spidol nya ", kata Levin.
Secara bersamaan seperti ala-ala sinetron, aku mengambil spidol itu dan Levin juga !! Ya..ampun tangan kami bersentuhan, aku di bawah dan dia di atas...
Argghhh lupakan, spontan aku langsung kaget dan menghindari tangan nya.
Gerakan ku nyaris seperti gerakan untuk menyingkirkan kecoak yang iuhhh... (udah jangan dibahas, pasti pada tau kan gelinya kayak apa)
" Aww..", katanya meringis.
Haduhh rupanya bukan kecoak tapi tangan Levin yang aku hempas barusan,
" A-- Aku minta maaf, a--aduhh tidak sengaja " jelas ku susah payah karna tiba-tiba aku nge-rap maksud ku gagap.
" Yahhh..sudah tidak apa ", jawab nya sambil masih terlihat agak kesakitan.
'Ihh lagi-lagi aku bikin kesalahan' gerutuku kesal dalam hati.
" Sekali lagi aku minta maaf ", kataku lagi.
Dia hanya memberikan senyum manisnya kepadaku, apahhh ? manis? Hanya gula Ingat!!
Dan bersamaan Milka datang lagi, 'huhh untung aja Milka kesini kalau ga aku pasti udah mati kutu'.
" Gimana Vin, ada yang bisa saya bantu lagi? " tanya Milka,
" Eummm..ga kok sudah, terimakasih banyak atas bantuannya ", jawab Levin.
Milka hanya mengangguk, dan melihat ke arah ku yang sedang melamun memainkan pulpen yang tergeletak sembarang di meja ku ini.
"Fiaaa.." tanya nya yang langsung membuat ku tersontak,
" Hmmm..ya Mil?" jawab ku. Sambil menggelengkan kepala, atas tingkah ku tadi.
Lalu Milka memberikan setumpuk berkas yang tidak terlalu bayak, mungkin.
" Ini tugas pertama Fia disini yah ", katanya dengan nada agak tegas,
" Dan pekerjaan nya sama seperti yang Levin kerjain jadi, belajar ya dari Levin " lanjut nya yang terdengar semangat.
Aku langsung mengambil berkas tersebut, dan ku lihat ini pekerjaan yang cukup mudah hanya menganalisis transaksi bulan ini.
Terimakasih Milka tau saja dia, kalau aku pasti kelimpungan jika diberi tugas yang langsung sulit.
Milka pergi lagi, entah kemana sekarang.
***
Dari pukul 11 siang tadi hingga pukul 1 lebih pekerjaan ku baru selesai, bukan pekerjaan ku saja sihh..
Karna Levin juga ikut membantuku menyelesaikan pekerjaan ini.
Rasa nya tidak hanya tangan ku yang pegal tapi juga mataku ikut pegal, memang cukup mudah kataku.
Tapi ya..tetap harus butuh ketelitian yang tinggi.Kalau salah..bisa-bisa aku langsung dipecat lagi, hiii jangan sampe.
"Dari tadi kita belum makan siang," ucap Levin
" Bagaimana kalau sekarang kita membeli makanan? " lanjutnya menawariku jajan bersama.
" Ya sudah ayohh, aku juga laper nihh," jawab ku seperti menjawab pertanyaan tadi seolah-olah Milka yang bertanya,
" Ehh..maksud ku ya boleh" jawab ku langsung meralat yang tadi.
" Santai aja Fia, kita kan sudah jadi partner kerja" jawab Levin sambil tertawa.
Bukan begitu masalah nya dia itu seperti nya memang benar saudara dari pak Jean, bukti nya sewaktu kita sedang kerja tadi banyak karyawan yang nyapa Levin. Aku hanya takut salah ucap saja.
Aku dan Levin sudah di loby,
"Kita mau kemana Levin ?" tanyaku,
"Kita ke tempat nasi padang aja mau ga? " tawarnya, aku agak sedikit kaget mendengarnya karna disaat karyawan lain memilih di Kantin yang sudah difasilitasi perusahaan ini, dia malah memilih rumah makan padang.
Levin malah memilih rumah makan padang.
" Nasi padang juga boleh ", jawab ku.
Sebenarnya aku juga senang dengan ajakannya karna memang aku pecinta nasi padang yang lezat itu.
Kami berdua langsung berjalan dan menyebrangi jalan depan kantor yang cukup ramai kendaraan, dan kalian tau??
Levin tiba-tiba menuntun tangan ku ketika menyebrang, aku kaget tapi masa aku lepas kan lagi nyebrang juga.
Lagi pula aku memang paling takut nyebrang sendiri.
Ayohhh...tunjuk tangan yang suka nasi padang ??!! Hehehe :D
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle of Love (H i a t u s)
Romance[Penulisan cerita ini ditunda dulu] "Kehidupanku seperti diberikan sinar dalam kegelapan malam, bagai Sang Bintang yang tak malu menimbulkan kelap-kelip di setiap malamnya." - Fiani Adira Fraka - "Kehidupanku lebih berarti semenjak aku mengenalmu. K...