Sepanjang perjalanan aku menyetir mobil, entah mengapa aku terpikir sosok Levin, rasanya penasaran karena kalau memang dia saudara dari Pak Jean selaku pemilik FransCompany.
Itu artinya dia berasal dari keluarga yang 'berada' kan? Tapi, yang kulihat tadi dia pulang naik Bus Kota.
Ahh entahlah mungkin karena dia orang yang cinta kesederhanaan.Aku melihat lampu spion mobilku, kemana mobil Milka daritadi kan mobilnya ada di belakangku. Tak lama handphone ku berbunyi, dan melihat nama si penelpon yang ternyata Milka.
" Milka kam--" belum selesai ku bertanya Milka langsung main serobot,
" Fia tolongin mobil aku mogok nih di jalan, aku takut sendirian!!" cerocosnya seperti kereta,
" Yah tunggu tenang dulu Milka, ga usah panik sekarang kamu posisinya dimana ntar aku ke kesitu!" jawab ku tak kalah cerocosnya. Milka langsung memberitahu posisi ia dimana, aku pun langsung putar balik menyusulnya agak susah memang karna aku harus mencari tanda belokan yang boleh dilewati, jika tidak seperti itu yang ada aku ditilang oleh Polisi.
Aku sampai di tempat Milka berada, dan melihatnya yang tengah menunggu di pinggir jalan bawah pohon rindang.
"Aaaa..Fia aku disini " teriaknya seperti cheerleaders, aku hanya memutar bola mataku aku kan sudah melihatnya dari jauh tadi.
Aku turun dari mobil dan melihat sedang ada orang yang tengah memperbaiki mesin mobil Milka." Untung aja kamu kesini Fi, ihh sial banget aku hari ini!" kata Milka sambil berlarian lalu memelukku,
"Ya udah kan aku udah disini" kataku tak seheboh dia. Lalu orang yang tadi memperbaiki mesin mobil Milka, berbalik badan ternyata seorang bapak yang memakai kacamata hitam.
"Sudah selesai saya perbaiki nak" kata bapak tersebut yang wajahnya tidak terlalu jelas karena kacamatanya itu.
"Bapak terimakasih banyak ya, ini ada sedikit atas rasa terimakasih saya pak" kata Milka sambil memberikan beberapa lembar uang.
Namun bapak itu menolak baik-baik pemberian Milka sambil berkata,"Tidak usah nak simpan saja uangnya, kita memang harus saling bantu bukan?" jawab bapak itu bijak.
Aku tersenyum melihat ketulusan bapak itu, ia pun pamit pada kami berdua.
"Ya ampun masih ada ya orang sebaik bapak itu, ga suka uang" ucap Milka sambil melihat bapak itu pergi. "
" Husss..bapak itu bukannya ga suka uang Mil, tadi kan dia bilang sudah seharusnya saling membantu " kataku.Milka hanya mengangguk, lalu menelpon seseorang untuk membawa pulang mobil miliknya ke rumah.
" Milka mau pulang bareng Fia aja sekalian mau nginep di Fia, bilangin ke bunda ya!" perintah Milka pada orang yang ditelponnya.
" Ehh kok tiba-tiba mau nginep sih Mil?" tanyaku heran.
"Fia emangnya gamau, aku bayar hutang penjelasan tentang jabatan aku selama ini?" jawabnya sambil menggodaku.
Aku pun setuju dengan tawaran Milka karna aku rasa sudah banyak yang disembunyikannya selama ini. Aku dan Milka pun langsung pulang ke rumahku, setelah orang yang Milka suruh membawa mobilnya pulang.
Milka itu terbilang orang berada, jadi kalau ada apa-apa tinggal memerintah pekerja yang ada di rumahnya saja.
Kami pun sampai rumah menjelang maghrib, sudah ada mama dan Fian di ruang tengah." Mama, Fian..Fia pulang " kataku sambil memasuki ruang tengah.
" Sore Tante, halo Fian " sapa Milka ramah yang memang sudah lama tak berjumpa dengan mama dan Fian.
"Sudah pulang nak, ada Milka juga ya udah lama ga main kesini ", sambut mama ku dengan senyum merekah.
Milka hanya nyengir dan bilang bahwa dia memang selalu sibuk jadi tak sempat mampir kesini lagi.Kami pun mengobrol sebentar di ruang tengah, lalu aku dan Milka pergi ke kamarku.
" Mau aku atau kamu dulu yang mandi?" tawar ku yang sudah tak kuat dengan rasa lengket di badan,
" Fia dulu aja deh, aku mau kangen-kangenan dulu sama kamar ini " ucap Milka sambil tiduran di kasur empuk milikku. Aku pun mandi duluan, setelah selesai giliran Milka yang mandi.
Setelah makan malam dan berbicang tentang banyak hal dengan mama dan juga Fian, kami kembali ke kamar bersiap untuk tidur.
Karna Milka tidak membawa baju ganti, dia jadi memakai baju piyamaku. Kami pun tidur berdua di atas kasur,
"Milka sekarang ceritain semuanya tentang apa yang aku ga tau!" pintaku tegas pada Milka. Milka yang sedari tadi menutupi dirinya dengan selimut hangat, langsung terduduk sambil menyender ke risbang kasur.
"Okeyy..tapi sebelumnya aku minta maaf yah karena ga bermaksud nyembunyiin tentang jabatanku, ini hanya lebih ke masalah waktu aja yang kurang mendukung buat ngasih tau" jelas Milka, aku mendengarkannya sambil masih tidur tengkurap dengan kepala yang ditegakkan ke atas.
" Ya pokoknya ceritain sekarang dari pertama!" pintaku tak sabar. Milka pun bercerita panjang lebar mengenai alasannya itu, jadi hanya waktu saja yang kurang pas untuk memberitahukan hal ini. Lagipula Milka menjabat sebagai asisten Pak Jean baru 4 bulan yang lalu, masih seumur jagung memang.
Lalu dia juga bermaksud ingin memberi kejutan kepadaku, agar aku tak menolak tawarannya sewaktu dia menawarkan lowongan kerja di FransCompany kepadaku.
" Tapi alasan Pak Jean menerimamu bukan karna kau sahabatku saja, tapi memang beliau juga tertarik dengan CV yang kau kirim itu" ucap Milka, aku hanya bisa bersyukur sekali memiliki sahabat seperti dia.
Spontan aku langsung memeluknya sambil merengek meminta permen. Eitttss, tentu tidak maksud ku menangis terharu. Milka pun membalas pelukan dariku,
" Tapi ada satu hal lagi yang mungkin ingin Fia tau?" ucap Milka membuatku langsung melepaskan pelukan.
"Apa lagi Mil, apa itu kabar kurang baik?" kataku sedikit takut,
" Hahah, bukan Fia tapi ini tentang Levin Parsha Wiyoko " katanya sambil menggodaku.
" Memangnya apa yang Milka tau tentang dia ?" tanyaku hati-hati agar tidak terlihat kesan seperti kepo.
" Bener nihh ingin tau ??" goda Milka lagi.
Aku hanya menampakkan wajah mendelik padanya,
" Baiklah akan kuberitahu !" lanjut Milka.
TBC..
Maaf yahh ngegantung, hihi :D
Jangan lupa Vote dan Coment nya yaa readers, ngasih saran dan kritikan yang pedes juga boleh...
Ehh jangan dehh kalau pedes mah ^_^- Keep Reading :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle of Love (H i a t u s)
Romance[Penulisan cerita ini ditunda dulu] "Kehidupanku seperti diberikan sinar dalam kegelapan malam, bagai Sang Bintang yang tak malu menimbulkan kelap-kelip di setiap malamnya." - Fiani Adira Fraka - "Kehidupanku lebih berarti semenjak aku mengenalmu. K...