Silakan vote dan sertai comment, ya jika merasa terhibur oleh cerita ini :)
---
Sore tepatnya pukul empat, aku baru kembali ke rumah. Namun, aku tak melihat mama yang biasanya di jam seperti ini tengah menonton televisi.
Tiba-tiba, aku mendengar suara air dari halaman belakang rumah, langsung saja aku menghampiri suara tersebut.
Ternyata ada sosok mama ku di sana yang tengah menyiram tanaman sore hari begini,
"Mama Fia pulang," ucapku agak lelah dan mengantuk.
Mama menoleh dan berhenti melakukan kegiatan menyiram tanamannya.
Mama langsung mengusap ubun kepalaku dengan tangannya yang sedikit basah, aku langsung merasa aman jika setiap kali merasakan sentuhan kasih sayang dari mama.
Hangat ... seketika, aku seperti terlahir kembali.
"Fia, capek ya nak, mau Mama buatkan teh hangat?" tawar mama diiringi senyum merekahnya,
"Engga usah Ma, Fia mau langsung mandi aja." sambutku sambil mencium punggung tangan mama.
Aku pun langsung pergi ke atas dan masuk ke kamar ku. Aku sengaja tidak langsung memberitahukan bahwa aku telah di terima bekerja, saat ini aku hanya ingin segera membasahi tubuhku dengan air hangat dan langsung tidur.
Selesai mandi aku langsung menghambur ke atas kasur yang sangat empuk ini, kalian tau kasur ini satu-satunya peninggalan Ayah untukku.
Kasur ini ayah berikan ketika aku masih berusia 13 tahun dan 1 tahun berikutnya Ayah tutup usia.
Air mataku sudah jatuh, aku menangis mengenang ayah yang sosoknya sangat aku rindukan.
Aku mengambil bingkai foto di atas nakas, di foto ini terlihat keluarga kecil yang tengah tersenyum ke arah kamera. Di foto ini, aku sedang digendong Ayah yang sebelah tangannya merangkul mamaku.
Di foto ini, Fian belum terlahir ke dunia. Hanya aku, Ayah dan Mama.
Seketika aku teringat, sudah sekitar empat bulan kami tidak mengunjungi makam Ayah, mungkin jika ada waktu kami akan ziarah.
Kuletakkan kembali foto yang sedaritadi berada ditanganku.Aku pun memandang langit kamar, rasanya akhir-akhir ini aku sibuk sehingga lupa tak melakukan 'ritual' maksudku kegiatan, menunggu sang Bintang muncul dan menikmati sinar kelap-kelipnya yang pemalu.
Tak lama aku langsung menuruti mataku yang ingin menutup, aku pun tertidur.
Suara angin yang menggoyangkan jendela kamar, membuatku terlonjak bangun dan saat aku lihat jam sudah hampir menunjukkan waktu azan Magrib.
Dengan gerakan cepat, aku masuk kamar mandi untuk membasuh wajahku agar terasa lebih segar. Setelahnya, aku pergi keluar kamar tepatnya di balkon.
Aku melihat ke atas langit. Warna langit menampilkan warna seninya, nampak sedikit merah muda dan ada bias oranye dari sinar matahari yang akan menutup. Tepat dihadapan pandanganku muncul sang bintang, meski hanya satu tapi sinarnya terlihat terang disuasana petang ini.
Bintang itu seakan mengajakku untuk bersamanya. Apakah itu bintang Phosphorus si pembawa cahaya?
Entahlah, tapi aku menikmatinya. Tiba-tiba hati kecil ku berbisik, 'aku akan mendapatkan bintang Phosphorus itu tak lama lagi.' Ada apa dengan hati kecil ku ini?
Dia terlalu banyak berkhayal seakan ada Pangeran yang akan meminangku.Suara kumandang adzan terdengar, aku langsung masuk ke kamar kembali.
Entah mengapa malam ini terasa dingin, aku mengambil baju hangat biru tua yang tergantung untuk menutupi tubuhku dari cakaran angin dingin.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle of Love (H i a t u s)
Romansa[Penulisan cerita ini ditunda dulu] "Kehidupanku seperti diberikan sinar dalam kegelapan malam, bagai Sang Bintang yang tak malu menimbulkan kelap-kelip di setiap malamnya." - Fiani Adira Fraka - "Kehidupanku lebih berarti semenjak aku mengenalmu. K...