"Saat kau penasaran pada keingintahuan mu terhadap seseorang, percayalah tanpa kau sadari itu adalah awal dari yang namanya CINTA"
°°°
Bibir Milka pun terus terbuka seiring dengan ucapannya yang menceritakan sosok Levin, yang memang membuatku sedikit penasaran tentang siapa dia sebenarnya.
Yang Milka tahu, Levin salah satu anggota keluarga besar Wiyoko yang sudah banyak memiliki Perusahaan tidak hanya di kota Bandung tetapi juga diluar kota.
Dan benar saja, Levin adalah keponakan dari Pak Jean selaku pemilik FransCompany. Tetapi, tidak seperti orang kebanyakan walaupun Pamannya sendirilah pemilik perusahaan tersebut. Levin tidak memanfaatkan hal itu untuk jabatannya di perusahaan tersebut, justru ia ingin merintis karir seperti karyawan biasa sampai akhirnya bisa naik jabatan dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri.Mendengar semua penuturan Milka, aku jadi merasa malu sendiri karena sejak awal sudah mengira bahwa Levin pasti sangat mudah mendapatkan pekerjaan di FransCompany.
Milka juga bilang, kalau Levin itu sebelumnya menolak beberapa kali tawaran dari Pamannya yaitu Pak Jean, untuk mengisi lowongan kerja di FransCompany. Namun, setelah desakan dan lain hal akhirnya Levin mau menerima tawaran itu dan berhenti bekerja di perusahaan oran lain.
"Jadi sebelumnya dia mencari pekerjaan seperti orang kebanyakan ya ?" tanyaku melongo.
"Ya, benar Fii. Aku salut sama Levin dia tipe laki-laki pekerja keras" jawab Milka sambil memperlihatkan otot lengannya yang datar.
Jam sudah menunjukkan pukul 23.07, tak terasa aku dan Milka sudah mengantuk dan menguap beberapa kali sejak mengobrol tadi.
Kami pun tertidur lelap dengan bunga tidur kami masing-masing.***
Esoknya kami bersiap untuk pergi bekerja, setelah sebelumnya sarapan bersama Mama dan Fian.
Jalanan sangat macet di pagi ini lebih dari kemarin,
"Fian, gimana dong macet banget jalanannya ? Kakak takut Fian telat" tanyaku pada Fian yang berada di mobil bersama ku dan juga Milka, terlihat wajah Fian agak gelisah.
"Ya udah kak, Fian turun disin aja gapapa kok dari pada telat" jawab Fian sambil bersiap untuk turun.
"Fian sayang kamu yakin, ini kan masih jauh dari Sekolah kamu ?" tanya Milka.
"Yakin kak Milka, Fian jalan aja lagi pula ga terlalu jauh juga kok" timpal Fian yang sudah membuka pintu mobil.
Kami pun berkata 'hati-hati' pada Fian. Dari kecil Fian memang tak mau merepotkan aku dan Mama, setiap pagi kalau tidak pergi bersama denganku, Fian biasanya menggunakan bus sekolah untuk bisa sampai di Sekolahnya.
Kami berdua pun sudah sampai di FransCompany, aku masuk ke gedung utama sementara Milka gedung kedua.Pekerjaan Milka terkadang juga bisa dialihkan ke gedung utama, apalagi jabatannya sebagai asisten Pak Jean.
Aku sudah sampai di ruanganku bekerja tepatnya bagian keuangan namun, aku tak melihat sosok Levin .
Apa dia belum datang ? pikirku.
Kenapa aku tiba-tiba memikirkannya,
"Lohh..kenapa meja ku ditempati karyawan lain ?" tanyaku pada diri sendiri , aku pun menghampiri meja kerjaku itu.
" Selamat pagi, maaf saya karyawan baru disini dan kemarin saya duduk di meja kerja ini ?", tanyaku sedikit tidak enak.
Orang itu mendongak dan menampakkan wajahnya yang juteknya minta ampun, berbadan gemuk dan-- sudah Fia ga boleh ngatain masih pagi nihh.
"Maaf ya, ini memang meja kerja saya, ada masalah kalau saya duduk disini ?!" katanya agak membentang, ihhh.. Kenapa sihh ni orang aku kan nanya baik-baik.
"Ya maaf, tapi kemarin saya duduk di meja in--" belum selesai ku menjelaskan lagi. Dia sudah melotot padaku, sementara aku hanya bisa menelan ludah.
"Saya kan sudah bilang tadi! saya itu duduk di meja ini, apa kamu ga dengar ?!" bentaknya lagi yang bisa terdengar oleh karyawan yang sudah datang.
"Eummm a--anu, saya" belum sempat aku menjawab tiba-tiba ada suara laki-laki dibelakangku.
"Maaf kan ketidaktahuan wanita ini bu Rida, dia karyawan yang baru kemarin diterima disini" kata pria itu, yang ternyata adalah Levin...
Aku kaget dengan kedatangan dan perkataannya yang membelaku tadi.
"Ouh, begitu rupanya Vin, tadi dia tidak bilang kalau karyawan baru. Jadi begini nak, eumm siapa namanya?" tanya Ibu yang namanya Rida itu.
"Fiani Adira, panggil saja Fia" jawab Levin mendahuluiku,
"Ya..Fia jadi maafkan sikap saya tadi, kamu duduk di meja sebelah saya saja lagipula kosong kok" tawarnya yang sok manis aku hanya bisa kesal dalam hati
Siapa juga yang ga bilang kalau aku karyawan baru? jelas-jelas tadi aku bilang kok! Kalau ga percaya baca dialogku tadi yang di atas!!
(Saking sebalnya Fia.. Hehe)"Baik, terimakasih dan maafkan saya" ucapku dengan senyum tipis yang dibuat-buat karna masih kesal.
Dia pun duduk kembali di tempatnya, dan Levin pun mempersilakan aku untuk duluan duduk di mejaku yang 'baru'.Aku agak sedikit risih dengan duduk disini, kenapa ? Karena aku jadi sulit melihat ketampanan Levin, ehhh...ga maksudnya tuh karena masih ada kerjaan yang kemarin belum kami selesaikan.
Kalian tahu? Badan Bu Rida menutupi semua badan Levin yang duduk bersebelahan dengan mejanya.
Jadi begini, letak mejaku, Levin dan bu Rida gendut ini. Uppss!
Saling bersebalahan dan anehnya hanya meja kami ini yang beda dari meja lain yang dihalangi bilik per mejanya. Tapi meja ini tidak ada penghalangnya, jadi aku merasa tidak bebas dengan posisi bu Rida yang ada di tengah-tengah kami.Kalian bisa bayangkan posisiku seperti apa, bukan ??
Tiba-tiba ada yang menghampiriku disaat aku melamun memikirkan meja ini, *Enggak ada kerjaan banget yaa Fia ngelamunin meja :D"Fia bisa bantuin kerjaan yang belum selesai kemarin?" tanya orang itu, sudah bisaku tebak pasti itu Levin.
Aku langsung berdiri tegap dan berbalik ke arahnya
"Ya tentu, akan kubantu lagipula ini juga kebanyakan tugasku" ucapku sambil melebarkan senyum, Levin pun ikut merekahkan senyumnya.
Kami berdua pun mengerjakan kembali tugas itu bersama, di meja masing-masing.
***
Aku harap, readers lebih semangat lagi ya baca ceritaku setiap partnya.. Soalnya udah lumayan banyak part dan bercabang pula :D
Next Part...
- Keep Reading ^_^Jangan sampe lupa Vote&Comentnya, oke..
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle of Love (H i a t u s)
Romance[Penulisan cerita ini ditunda dulu] "Kehidupanku seperti diberikan sinar dalam kegelapan malam, bagai Sang Bintang yang tak malu menimbulkan kelap-kelip di setiap malamnya." - Fiani Adira Fraka - "Kehidupanku lebih berarti semenjak aku mengenalmu. K...