Twinkle of Love - Part 11 Lanjutan

30 11 28
                                    

Ku harap, rasa ini cepat menemui letak kebenarannya.
Dan tolong, janganlah kau sekedar singgah sejenak di hati ini.

°°°

Hati ini masih saja merasakan hal yang sama. Padahal, kini aku sedang berada di atas motor yang Levin lajukan. Entah dia akan membawaku kemana, yang jelas aku tahu ini bukanlah jalan menuju pulang ke rumahku.

Motor yang ia lajukan, semakin berani dan gagahnya melintasi setiap pohon cemara yang menghiasi perjalanan kami.

Levin, kau sedang tidak berniat menculikku, kan?
Tanyaku, pada hati sendiri.
Pegangan ku semakin erat pada jaket kulit yang Levin kenakan.
Dari awal aku tak mau memegang lingkar perutnya dengan sengaja.

Aku belum cukup berani untuk itu, namun terkadang tangan Levinlah yang menuntunku melakukan hal itu. Alhasil, aku hanya bisa diam. Ya, aku tahu itu demi keselamatan berkendara kami.

Larut mulai menyapa perjalanan kami, aku memandang sekitaran jalanan yang kulewati ini. Tampak indah ditambah pesona sang sinar kuning, mulai meredup dan enggan tuk tampak lagi.

Angin yang cukup kencang tak henti-hentinya menyapa kami dibalik kaca helm yang kami kenakan. Aku membukanya sedaritadi, karena ku rasa ini lebih baik. Aku terus menghirup segala aroma yang terlintas di hindungku.

Sampai akhirnya, motor ini mulai menemui titik temu. Kurasa ini adalah tempat yang cukup dikenal orang. Namun, rasanya asing bagiku, mungkin karena penampakannya sudah terhalang gelapnya malam.

Levin mematikan mesin yang sedati tadi dijalankan. Aku pun turun dan melepaskan helm yang kupakai, begitu juga dengannya.

Udara dingin langsung mengakar ke tubuhku, yang memang hanya dilapisi oleh sweater yang cukup tipis. Aku memeluk tubuhku sendiri.
Namun, pria yang ada dihadapanku ini melihat tingkahku. Dia tak diam, melainkan langsung melepas jaket kulit tebalnya, lalu menyelimuti punggung milikku. Dia tersenyum, seperti yang sering kulihat.

"Untuk hari ini aku akan banyak meminta maaf padamu, Fia," ucapnya sambil memandang lekat mata hazel milikku.

"Untuk apa lagi? Jangan bilang, untuk hal ini. Karena Fia rasa, saat ini sedang diculik sama Levin,"
jawabku sambil memicingkan mata. Levin langsung tertawa mendengar ucapanku barusan.

"Kenapa malah tertawa? Sekarang sudah malam Levin, mama pasti mencemaskan aku di rumah. Dan kita sekarang ada di mana?" tanyaku sambil mengedarkan pandangan di tempat ini.

"Urusan itu, sudah aku bereskan. Mama sudah tahu, jadi Fia nggak usah khawatir lagi," jawab Levin santai, dengan melipatkan kedua tangan di dada bidangnya.

"Apa?! Mama udah tahu? Kapan Levin minta izin ke mama?"
"Kalau tidak salah ketika kita masih di kantor tadi," jawabnya seperti tak merasa berdosa, telah membawa gadis polos sepertiku.

"Jadi, Levin udah ngerencenain bawa Fia ke tempat ini, sejak masih di kantor tadi?!" tanyaku masih tak percaya.

Yang ditanya, hanya meng-iyakan jawabannya lewat anggukan.

Spontan aku langsung memukul lengan atasnya, entah terasa sakit atau tidak oleh si empunya lengan. Yang jelas, aku sedang melampiaskan kekesalanku saat ini. Dia berteriak, namun aku tak menggubrisnya.

Twinkle of Love (H i a t u s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang