Dalam upaya memperjuangkan Vano kembali padanya, ia tampak seperti orang tolol. Terus mengejar lelaki dengan tanpa malunya dan tanpa patah semangat sedikitpun. Bahkan banyak temannya yang kasihan hingga menasehati dengan kata-kata kasar bertujuan menyadarkan Valeria.
Dari mulai menelfon Vano setiap hari yang bahkan tak satupun panggilannya diterima. Lalu mengirim makan siang ke kampus atau bahkan ke rumah Vano. Namun Vano tak sedikitpun memperhatikan Valeria. Vano malah asik sendiri dengan teman-temannya, dengan hobby barunya bergonta ganti pasangan, dengan kegiatan barunya berkunjung ke club. Valeria dengan tanpa hentinya memberi perhatian pada Vano. Menguntit kegiatan Vano. Dan bahkan tanpa sepengetahuan Vano terkadang Valeria mengantarkan Vano pulang dalam keadaan mabuk.
Penyelidikan Valeria tak membuahkan hasil, ia belum mengetahui pasti apa penyebab Vano berubah. Kini ia fokus menumbuhkan kembali cinta Vano melalui kasih sayang yang ia berikan. Meskipun sejujurnya hatinya selalu menangis melihat kelakuan Vano yang bergonta ganti pasangan namun ia tetap berusaha memperjuangkan. Valeria bertekat akan berhenti melakukan hal gila ini ketika melihat Vano menikahi wanita lain.
Hingga suatu ketika Vano memberi tanggapan pada Valeria dengan keadaan sadar tanpa pengaruh alkohol. Vano menerima bingkisan kotak makan siang 'lagi' ketika berada di kampus. Namun selalu saja bukan Valeria yang mengantarkan. Di dalam kotak terdapat note yang berisikan sebait puisi dan bertuliskan nama Valeria. Vano mengambil handphone nya menelfon Valeria.
Mengetahui Vano menghubungi membuat hati Valeria seketika bahagia membuncah. Dengan sumringah ia menerima telfon, namun tak kuasa untuk mengeluarkan sepatah kata. Valeria hanya diam menunggu sapaan pertama dari Vano. Dia hanya berharap kali ini Vano tidak sedang mabuk ataupun salah sambung.
"apa kau tidak ingin memastikan aku memakan makanan darimu?" tanya Vano
"ak-ku...."jawab Valeria yang kebingungan mengolah kata.
"jadi kemarilah cepat, lihat aku makan" suruh Vano dan langsung mematikan telfon.
Segera Valeria menuju kampus Vano. Mungkin Vano sudah sadar. Begitulah isi pikiran Valeria. sedikitpun tak ada pikiran negatif mengenai Vano. Valeria sudah hapal dimana Vano biasa makan siang yaitu duduk di kantin kampus.
"duduklah" sapa Vano ketika Valeria dengan wajah cerahnya telah sampai di depan Vano.
Vano mulai makan dengan santai tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tak sekali matanya menatap Valeria. ia hanya fokus dengan hidangan dihadapannya. Setelah semua makanan habis ia mulai menatap Valeria. dan Valeria merasa gugup membalas tatapan Vano yang sulit diartikan.
"ini terakhir kalinya kau memberiku makan. Lain kali aku tak akan mau memakan makanan racun mu lagi." Ucap Vano santai namun telah mampu mengahancurkan hati Valeria.
"berhenti lakukan apapun, kau bisa ku laporkan karena menguntitku. Aku muak, sudah menyerahlah. Kita sudah berakhir" Valeria perlahan merundukkan kepala menahan sakit hati dan juga air mata yang mamaksa akan keuar.
"tingkah mu ini justru membuatku risih dan jijik, aku bahkan tak merasa simpati sedikitpun. Dimana harga dirimu yang dulu kau junjung itu. Kau seperti wanita murahan saja" tambah Vano tetap dengan muka datar dan nada santainya
"Vano sebenarnya apa salahku ? beri aku alasan yang..." belum sempat Valeria menyelesaikan perkataannya, Vano beranjak dari duduknya dan meninggalkan Valeria sendirian.
Melihat hal itu membuat Valeria diam dan menumpahkan air matanya yang sudah tak tahan lagi ingin keluar. Menangkupkan kedua telapak tangannya untuk menutupi wajahnya yang tengah berderai air mata. menahan isakan agar tak seorangpun tahu. Setelah ia menangis beberapa menit ia mulai beranjak dari duduknya. Valeria mulai pergi dari kantin menuju parkian dan melajukan mobilnya untung pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Will be Ok
Teen FictionCOMPLETE Dia berlari dengan menarik mebetulkan posisi sepatunya, dengan baju yang belum sempurna dirapikan. Ada bagian yang masuk rok ada bagian lain yang keluar, kerah baju yang dibagian lain masih berdiri belum terlipat sempurna, rambut yang hanya...