Beberapa hari terakhir ini Vano sering pulang larut malam. Tapi dia belum mau bercerita dengan apa yang terjadi. Dia hanya berdalih masalah pekerjaan. Tapi detilnya dia tak menjelaskan.
Valeria sendiri tidak mau memaksa. Ia tidak mau menambah beban suaminya. Vale juga masih selalu menunggu kepulangan Vano meskipun hingga larut malam. Ia selalu berusaha menjadi istri yang baik.
Vale memaklumi sikap Vano yang sedikit berubah, mungkin karena moodnya kurang bagus. Vano menjadi jarang tersenyum. Bukan tidak pernah hanya saja tidak sesering dulu.
Hampir satu minggu penuh ini Vano selalu pulang larut malam. Dan pikiran negatif di benak Vale juga sempat muncul. Pikiran negatif tentang orang ketiga. Tapi ia segera menghapusnya. Tidak mau menimbulkan masalah.
Vale berusaha keras mengendalikan pikirannya. Juga mengendalikan emosinya yang terkadang ingin berontak kenapa Vano menyembunyikan sesuatu. Apalagi di saat mood seorang ibu hamil yang sangat labil, Vale butuh usaha ekstra untuk menahan emosi.
........
Vale merias diri di depan cermin. Menambahkan bedak dan lipstik dengan tipis. Meskipun hanya dirumah, Vale selalu menjaga diri untuk tetap terlihat rapi.
Ia mendengar suara telfon dari hp Vano. Sedangkan Vano masih berada di kamar mandi. Vale penasaran dan akhirnya mengecek siapa yang menelfon Vano pagi pagi begini. Tidak biasanya.
Disitu terpampang panggilan dari 'Akbar'. Valeria hendak mengambil hp tersebut tapi ada tangan Vano yang lebih cepat mengambilnya dari arah belakang. Valeria kaget karena kejadian itu tiba tiba dan begitu cepat.
Dering telfon mati sebelum sempat diterima.
"Kamu jangan nerima telfon yang bukan buat kamu" Vano sedikit membentak.
Vale kaget dengan perlakuan Vano barusan. Vano membentak dan marah. Memangnya apa salahnya ? Aku ini kan istrinya.
"Aku cuma...."
"Lain kali jangan lakukan" ucap Vano ketus dan melangkah menjauhi Vale.
Memangnya siapa akbar ? Dan apa salahnya kalau aku yang menerima ? Aku ini kan istrinya ? Apa yang sebenarnya Vano sembunyikan ? Kenapa Vano berubah ? Apa mungkin .....
Semua pikiran negatif itu terus saja berkeliaran di orak Vale. Ia sangat sedih mendapat perlakuan tersebut dari Vano. Ia ingin marah. Tapi sebisa mungkin Vale menahan emosi dan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Will be Ok
Fiksi RemajaCOMPLETE Dia berlari dengan menarik mebetulkan posisi sepatunya, dengan baju yang belum sempurna dirapikan. Ada bagian yang masuk rok ada bagian lain yang keluar, kerah baju yang dibagian lain masih berdiri belum terlipat sempurna, rambut yang hanya...