Di dalam sujud Vale menumpahkan segala keluh kesahnya. Ia menangis dalam lirih. Kali ini sujudnya agak lama. Merasa semua beban ini ingin iya hempaskan sebentar saja.
Selesai sudah ia laksanakan sholat subuh. Mulai mengangkat kedua telapak tangan sejajar dengan dagu, merundukkan kepala. Untuk beberapa detik ia belum mengucapkan sepatah kata apapun. Ia terisak dalam tangis. Pipinya telah sepenuhnya basah.
'Ya Allah kuatkan hamba'
Kemudian diam dan isakan semakin kuat. Pundaknya bergetar. Nafasnya terengah berusaha menahan isakan semakin keras.
'Ya Allah jangan biarkan hamba berpikir negatif tentang suami hamba. Kuatkan hamba ya Allah. Kuatkan bayi dalam perutku juga'
Vale mengusap pipi kanannya yang banjir air mata.
'Ya Allah apapun masalah yang dialami suamiku tolong jaga dia. Semoga dia tetap di jalan yang baik dan benar. Semoga semua masalahnya bisa terselesaikan'
'Ya Allah hatiku masih sepenuhnya mencintainya. Seburuk apapun perlakuannya perasaanku ini tetap kuat. Aku mohon berikan yang terbaik kepada kami ya Allah'
Vale menghentikan tangisnya dan mengamini doanya sebagai penutup ibadah pagi ini.
Vale beranjak ke tempat tidur Edzard. Memandangi putranya yang tengah tertidur pulas. Mengelus pucuk kepalanya. Mencium kepalanya.
Sekuat tenaga Vale menahan tangisnya agar tidak mengganggu tidur putranya.
Pukul 6 Vale mandi dan merapikan diri. Merias tipis wajahnya. Sebesar apapun masalah, ia harus tetap menjalani hidupnya dengan baik tidak ada bermalasan meratapi kesedihan. Ia harus tetap bangkit dan hidup normal.
Pukul 6.45 Edzard bangun. Vale menghampiri ke kasur Edzard. Membantu membangunkan tubuh putranya.
"Morning sayang" Vale mengecup pipi Edzard.
Edzard belum sepenuhnya sadar jadi dia hanya diam.
"Mandi yuk sayang"
Kemudian Vale memandikan dan mempersiapkan Edzard untuk sekolah. Turun ke meja makan untuk sarapan. Kali ini Vano datang bergabung untuk sarapn bersama.
"Pagi Edzard" ucap Vano dan membantu Edzard naik ke kursi makan.
"Pagi bunda" ucap Vano datar tanpa senyum dan hanya memandang pias Vale.
Vale sedikit kaget, setelah hantaman bertubi di hatinya kini Vano memberikan kehangatan di hatinya. Ia hanya membalas dengan senyum canggung tapi Vano tidak nampak tersenyum sedikitpun.
Mereka makan dengan tenang. Bahkan sempat berpamitan meskipun tidak sebaik dulu tapi setidaknya ini lebih baik dari kemarin. Vale mencium tangan Vano tapi Vano tidak mencium pucuk kepala Vale seperti sebelum sebelumnya.
"Mungkin untuk beberapa hari ini aku jarang pulang. Kau tidak perlu menunggu kepulanganku"
Seketika jantungnya berdegup cepat. Seakan degupan itu menimbulkan suara seperti gemuruh drum. Maksutnya apa ? Aku sedikit senang karena Vano mengabari dulu. Tapi isi kabarnya yang membuatku tidak senang. Kenapa dia tidak pulang ? Ada apa ? Kenapa tidak dijelaskan?.
Vale hanya diam terpaku. Vano seakan tidak perduli dengan perubahan raut muka Vale. Ia pergi begitu saja dengan Edzard di gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Will be Ok
Teen FictionCOMPLETE Dia berlari dengan menarik mebetulkan posisi sepatunya, dengan baju yang belum sempurna dirapikan. Ada bagian yang masuk rok ada bagian lain yang keluar, kerah baju yang dibagian lain masih berdiri belum terlipat sempurna, rambut yang hanya...