Suara percikan air dan canda tawa terdengar dari arah kamar mandi. Tawa pria dewasa dan kikikan bahagia bocah laki laki. Tak sekali suara bocah itu mengatakan "ampun ayah" yang di barengi dengan gelak tawa. Ayahnya tengah menggelitik perut mungilnya.
Vale menghampiri arah datangnya suara tersebut. Melangkah ke kamar anak laki lakinya dan memasuki area kamar mandi yang pintunya tidak tertutup.
Tampak Vano tengah memandikan anak sematawayang mereka. Bukan memandikan lebih tepatnya mereka bermain air.
"Sudah bermainnya jangan lama lama, nanti kamu telat edzard" tegur Vale yang sudah berada di samping bathtub yang berisi Vano dan anaknya.
"Sebentar lagi bundaaa" rengek anak kecil berusia 4 tahun itu.
"Udah udah ayo sini gendong bunda" Vale berusaha mengangkat anaknya dari bathtub. Namun Edzard masih tetap rewel dan berusaha melepaskan diri dari bundanya. Menggerakkan badannya kekanan kiri agar tangan bundanya lepas.
Disisi lain Vano malah tertawa geli melihat tingkah anak dan istrinya yang malah terlihat seperti main kucing kucingan.
"Iiih malah ketawa, ini hari pertama dia sekolah ya aku ga mau dia telat" kesal Vale kepada Vano.
"Bunda tunggu di luar aja biar ayah yang bawa Edzard setelah ini" ucap Vano.
"Cepet ya jangan lama lama"
Vale keluar dan mengambil baju seragam sekolah TK milik Edzard mempersiapkan segala keperluan anaknya.
Vano keluar dengan berbalut handuk di area pinggang kebawah sambil menggendong Edzard yang seluruh badannya tertutup handuk besar. Mereka berdua terus saja tertawa.
"Ngetawain apasih dari tadi ketawa terus" tanya Vale dengan mengambil Edzard dari gendongan Vano.
"Ini urusan laki laki bundaaa" jawab Edzard dengan polosnya.
Mendengar jawaban itu Vale terkejut menautkan kedua alisnya dan mengalihkan pandangan ke Vano seolah meminta penjelasan.
Vano menghindari tatapan Vale dan memilih melangkah keluar kamar.
Vale membawa Edzard yang sudah rapi di balut seragam TK dan membawa tas kecilnya ke arah meja makan.
Beberapa saat kemudian Vano menyusul dengan pakaian yang sudah rapi pula mengenakan setelan jas namun bukan memakai dalaman kemeja melainka kaos biru.
"Edzard engga lupa apa yang ayah ajarkan kan ?" Tanya Vano
"Engga dong ayah"
"Ayah bilang apa ? Bunda boleh tau ga ?"
"Cara perkenalan di depan teman teman"
"Gimana tuh bunda mau denger boleh?"
"Halo teman teman namaku Edzard Gandhi Bachtiar, aku punya ayah yang ganteng dan bunda yang cantik, aku suka main bola, bola di tendang atau bola di lempar aku suka, aku punya banyak bola di rumah kalau kalian mau bermain dengan bola bola ku ayo kerumahku kita main bersamaaaa" ucap Edzard diakhiri dengan nada menaik dan panjang tampak bersemangat.
Valeria tersenyum geli mendengar celotehan anaknya. Selanjutnya mereka berangkat bersama mengantar Edzard sekolah.
Vano keluar berjalan ke arah pintu mobil samping dan membukakan pintu untuk Vale dan Edzard. Vano mengambil Edzard dari pangkuan Vale. Menggendong Edzard melangkah ke ruang kelas. Vale mengikuti di samping Vano.
Sepanjang koridor Edzard hanya diam memandangi ke seluruh penjuru ruangan. Mengenali lingkungan barunya. Vano dan Vale tersenyum ramah kepada setiap orang yang lewat guru maupun wali murid yang lain. Banyak anak kecil lain bermain dan tertawa riang. Ada yang berlarian ada yang bermain dengan mainan. Mereka semua tampak ceria.
Kini tiba mereka di ruang kelas murid baru. Sudah banyak anak lain yang datang dan duduk di kursi masing masing. Kebanyakan dari mereka masih saling diam dan bahkan ada yang masih ditemani orang tuanya di dalam kelas.
Vano melihat sedikit kegugupan di wajah jagoan kecilnya. Vano menurunkan Edzard dari gendongannya. Berjongkok di depan Edzard hingga wajah mereka setara.
"Hey jangan takut, kau kan jagoan, Edzard kan pemberani ayo senyum"
Edzard masih tetap diam memandangi ayahnya.
"Edzard akan punya banyak teman disini, tidak lupa dengan yang ayah ajarkan kan ?"
"Ayo masuk, nanti sepulang sekolah ayah jemput kita beli ice cream oke" ucap Vano dengan mengacungkan tangan mengajak high five.
Setelah melakukan tos, Vale menyerahkan tas Edzard.
"Bunda tunggu di sana ya" Vale menunjuk ruang tunggu untuk wali murid. Lalu Edzard mencium tangan bundanya.
Edzard berjalan masuk kelas dengan muka yang masih kaku. Sampai ia berhenti di kursi kosong di sebelah anak laki laki yang juga tengah duduk diam. Sebelum duduk Edzard memandang anak laki laki tersebut dan tiba tiba ia mengangkat tangan dan senyumnya bersamaan ke arah anak tadi. Edzard mengajaknya berkenalan.
"Namaku Edzard" anak laki laki itu masih tetap diam memandangi tangan Edzard di depannya.
Beberapa detik kemudian anak itu menerima uluran tangan Edzard dan mereka bersalaman.
"Namamu siapa?" Tanya Edzard
"Abby" jawab anak itu dengan muka polos.
Melihat sikap Edzard membuat Vano dan Vale tersenyum lalu mereka meninggakan ruang kelas. Vano mengacak rambut Vale "aku tinggal ya"
"Kok ngga salim ?" Tanya Vale yang melihat Vano langsung nyelonong pergi.
"Oh iya lupa" Vano memutar langkah dan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Will be Ok
Teen FictionCOMPLETE Dia berlari dengan menarik mebetulkan posisi sepatunya, dengan baju yang belum sempurna dirapikan. Ada bagian yang masuk rok ada bagian lain yang keluar, kerah baju yang dibagian lain masih berdiri belum terlipat sempurna, rambut yang hanya...