Tiga hari sudah Valeria tidak menguntiti Vano. Dia di sibukkan oleh kegiatan di perusahaan ayahnya. Diberi tugas untuk ikut semua kegiatan yang dilakukan ayahnya. Bertemu dengan client, rapat perusahaan, meninjau laporan perusahaan. Karena kelak Valeria bisa siap meneruskan perusahaan ini. Dia juga diberi tugas membuat laporan kegiatan. Apapun kegiatan yang dia lakukan serta apapun yang dia pelajari dari kegiatan tersebut harus dilaporkan. Itu perkara yang mudah bagi Valeria. karena sudah sejak SMA sering diberi tugas membuat laporan kegiatan.
22.30
Valeria sudah selesai melakukan ritual sebelum tidurnya. Ritual yang biasa dilakukan wanita pada umumnya. Membersihkan diri dan juga merawat tubuhnya. Dia sudah selesai mengenakan piyama. Lalu bergegas menaiki ranjang. Menarik selimut dengan malas akibat kelelahan dengan kegiatan yang seharian ia lakukan. Lampu tidur belum ia matikan. Ia malah mengambil handphone di dekat lampu tidur. Membuat pesan baru yang ia tujukan untuk Dame. Detektif suruhannya.
Besok kita bertemu di cafe Rofaro, siapkan laporan mu.
Pukul 10 tepat
Begitulah isi pesan singkat dari Valeria, yang beberapa detik kemudian mendapat balasan dari Dame
Ya! aku akan datang
Setelah membaca pesan balasan Vale langsung tidur dengan lelap.
.....
09.00
Vale menatap pantulan dirinya di cermin. Memastikan penampilannya sudah rapi dan siap pergi. Ia sudah meminta ijin kepada ayahnya untuk tidak mengikuti kegiatan kantor hari ini. Dan ayahnya pun mengijinkan dengan lancar. Tanpa sanggahan ataupun pertanyaan yang menyulitkan Vale. Valeria sangat bersyukur karena ayahnya tidak begitu mengekang untuk urusan kantor. Ia bisa dengan santai masuk kantor ataupun libur tentunya dengan meminta ijin sebelumnya. Hal itu di karenakan ayahnya sudah mempercayai Vale. Vale yang tidak pernah mengecewakan dalam prestasi belajarnya. Ditambah semua laporan yang ia buat selalu sempurna. Kemampuan Vale memang tidak diragukan lagi jika memimpin perusahaan sekarang pun.
Vale beranjak dari meja rias mengambil sepatu heels merah untuk menyempurnakan penampilannya kali ini. Dress merah yang panjangnya sampai paha dengan lengan panjang. Rambut yang dibiarkan menjuntai bergelombang menampilkan kesan anggun. Vale berjalan mantap menuju mobilnya dan melaju ke cafe Rofaro.
Sesampainya di Rofaro Vale mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan mencari posisi duduk yang nyaman. Namun pandangannya berhenti pada seorang pria yang duduk di salah satu meja diujung ruangan. Pria tampan dengan mengenakan kaos putih yang memperlihatkan otot kekarnya. Ia tampak fokus membaca sebuah buku, merunduk sehingga siapapun akan sulit mengenali siapa dia. Di depannya terdapat laptop, sebuah amplop dan juga secangkir kopi yang masih mengepulkan asap pertanda masih panas. Sesaat melihat pemandangan tersebut Vale nampak keheranan. 'mungkinkah dia Dema? Tapi ini masih pukul 9.30' ceracau Vale pada diri sendiri. Dari semua sisi kecuali muka menunjukkan bahwa ini Dema. Lalu untuk membunuh rasa penasaran yang sudah menggebu ini Vale segera mengambil langkah mendekati meja lelaki tersebut.
"ehem, permisi !" sapa Vale terlihat canggung dan takut. Iya. Takut salah dugaan.
Si pria di depannya mengangkat kepala dan memandang Vale. dia belum menjawab dan malah memandangi Vale. Dari matanya nampak dia tengah mengagumi sosok didepannya. Matanya terlihat berbinar. Di sisi lain Valeria nampak bingung dan gelisah karena mendapat tatapan demikian. Vale juga sedikit merasa malu hingga membuat pipinya memerah, namun Vale tak berani berkata untuk menghentikan kegiatan pria didepannya. Hampir 3 menit pria itu memandangi Vale.
"kau cantik sekali" tanpa bisa terkontrol kata itu keluar dari mulut Dame. Lalu dia segera sadar dan mengedipkan kedua matanya yang sedari tadi melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Will be Ok
Teen FictionCOMPLETE Dia berlari dengan menarik mebetulkan posisi sepatunya, dengan baju yang belum sempurna dirapikan. Ada bagian yang masuk rok ada bagian lain yang keluar, kerah baju yang dibagian lain masih berdiri belum terlipat sempurna, rambut yang hanya...