3

813 101 10
                                    

Rumah itu kosong. Kim-Ha maupun ibunya sama-sama sedang tidak di rumah. Lama Taehyung dan Hyunbin menunggu Kim-Ha pulang, tapi sudah tiga puluh menit, hasilnya tetap nihil. Penantian mereka sia-sia. Lalu Taehyung sempat menyusul ke kantor tempat ibunya bekerja, tapi satpam bilang Kim-Ha sudah kembali lagi kurang dari tiga puluh menit yang lalu. Satpam bilang, gadis kecil itu seperti sedang bertengkar dengan ibunya. Dia lari begitu saja meski ibunya sudah berteriak memanggilnya.

Melihat Hyunbin yang sudah lelah dan kelaparan, akhirnya Taehyung mengantar pulang bocah itu terlebih dahulu sebelum ia mencari keberadaan Kim-Ha. Mendengar ibunya yang tak berusaha mengejar atau membujuk, Taehyung jadi merasa geram lagi. Ibu macam apa, sih dia? Apa wanita itu tak ada rasa khawatir sama sekali pada sang anak?

Empat puluh menit sebelumnya.

Tangis Kim-Ha masih juga belum berhenti akibat perkataan Hyunbin saat di sekolah. Saat ia mengantarkan makanan untuk ibunya, dia masih sedikit tersedu tapi sudah lebih tenang. Dia ingin menyembunyikan fakta bahwa ia menangis di hadapan ibunya. Tapi rasanya sulit dengan keadaan mata sembab Kim-Ha terlihat dengan jelas.

Kim-Ha menyenderkan punggungnya ke tembok pos satpam selagi menunggu ibunya. Gadis itu diam saja dan lebih suka menunduk hari ini dibandingkan melihat-lihat mobil-mobil impiannya yang lalu lalang dijalanan.

Saat bayangan seseorang terlihat mendekat ke arahnya, Kim-Ha mendongak memastikan bahwa pemilik bayangan itu adalah ibunya. Kim-Ha langsung menyerahkan makanan itu pada sang ibu. Niatnya ingin langsung pergi setelah itu. Tapi ibunya malah memanggil.

"Kim-Ha."

Kim-Ha reflek menghentikan langkahnya dan menoleh. Menunggu perkataan selanjutnya yang keluar dari mulut ibunya. Tapi alih-alih bicara, ibunya malah mendekat. "Kau menangis?" tanyanya sinis. "Kim-Ha, bukankah ibu sudah sering bilang padamu untuk tidak menangis saat diganggu oleh teman-temanmu? Jangan sampai kau terlihat lemah!"

Kim-Ha masih diam.

"Kalau diganggu, lawan! Jangan bisanya menangis. Dengar omonganku tidak, sih?"

Gadis kecil itu mendongak. Oh, kini air matanya mulai mengalir lagi. Dengan suara bergetar, gadis itu bicara, "Kalau aku dibilang anak haram, aku harus apa? Itu benar, kan? Jadi aku tidak bisa melawan. Katakan, aku harus apa saat dibilang anak haram!"

Suhyeon mematung ditempatnya. Selama beberapa detik dia tidak bisa berkata-kata. Hatinya sakit, dia tertohok mendengar perkataan putrinya. "T--tidak. kau bukan anak haram," ucapnya lirih. Suhyeon hendak memeluk Kim-Ha. Namun gadis kecilnya sudah lari lebih dulu.

Suhyeon tidak sanggup melihat putri satu-satunya menangis. Dia tidak bisa mengejar anak itu. Suhyeon hanya berharap semoga Kim-Ha baik-baik saja dan tidak melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.

Kim-Ha lari tanpa tujuan. Menyusuri trotoar yang entah akan membawanya sampai mana nanti. Lama-lama tenaganya semakin terkuras karena sudah berjalan sangat jauh. Ditambah lagi dia belum sempat makan. Kini langkahnya semakin pelan karena kelelahan. Meski begitu dia tidak mencoba untuk berhenti berjalan. Pandangannya kosong ke depan.

Hingga saat ia hampir sampai di perempatan jalan, di depannya banyak kendaraan yang berhenti menunggu lampu lalu lintas berubah hijau.

Sebuah mobil baru menghentikan lajunya tepat disamping trotoar. Kim-Ha spontan menghentikan langkahnya dan menajamkan penglihatannya agar bisa melihat dengan jelas pengemudi mobil yang terasa tak asing baginya dari jarak lima meter. Saat pengemudi itu juga menoleh ke arah Kim-Ha, mereka saling pandang sebentar sampai Kim-Ha yakin bahwa itu adalah Taehyung. Begitu juga Taehyung. Selama beberapa detik akhirnya dia bisa memastikan bahwa anak lusuh dengan rambut berantakan itu adalah orang yang dicarinya sejak tadi.

Halo Kim (KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang