7

626 87 2
                                    

"Wah wah, kalau menelfon pacar harus ingat waktu juga dong. Masa sampai melewatkan waktu makan."

Hyunbin mengerucutkan bibirnya, menatap sinis pada Pamannya yang mulai hari ini akan tinggal bersamanya sampai rumah pria itu selesai dibangun karena lelaki itu akan seterusnya tinggal di Korea. "Aku menelfon Halo tahu –-oops!" Hyunbin langsung menutup mulutnya ketika sadar apa yang baru saja dia katakan. Anak itu takut-takut melirik ayahnya yang sudah menatap galak padanya. Hyunbin lupa kalau sang ayah juga ada di ruangan ini, di meja sudut ruangan, sedang berkutat dengan berkas-berkas di laptopnya.

"Papa baru saja mengomelimu soal tidak berteman dengan anak-bermasalah itu Kim Hyunbin. Kemarikan ponselmu, Papa akan menyitanya untuk sementara waktu karena kau tidak mau mendengarkan perintah Papa."

"Papa, Halo bukan anak bermasalah dan kenapa juga aku harus pilih-pilih dalam berteman?"

"Agar kau tidak ikut-ikutan jadi anak bermasalah yang bandel dan suka melanggar larangan ayahnya," jawab Seokjin tegas. Lelaki itu lantas berdiri dan mendekati Hyunbin. Menadahkan telapak tangannya dan berkata, "kemarikan ponselmu."

"Hyung, harusnya kau tidak bersikap terlalu keras pada Hyunbin. Lagipula mereka masih remaja tanggung, wajar kalau masih nakal dan jahil. Halo juga sebenarnya anak yang –-"

"Taehyung, aku tidak menyuruhmu bicara apalagi sampai membela anak itu. Kau tidak tahu apa-apa soal dia. Dan, jika saja anakmu yang ada di posisi Hyunbin, aku yakin kau akan melakukan hal yang sama juga."

Taehyung memutar kedua matanya, kakaknya sangat membosankan dan juga menyebalkan. "Baiklah-baiklah. Kau lebih tahu, kau lebih berpengalaman sebagai orang tua." Setelah mengatakan itu, Taehyung melenggang meninggalkan ayah dan anak itu di ruang tengah. Seokjin kembali menagih ponsel Hyunbin dan mau tak mau anak itu memberikannya pada sang ayah.

"Akan Papa kembalikan saat kau sudah benar-benar menjauhi anak-bermasalah itu."

🍀🍀🍀

"Sebenarnya tadi malam kau makan tidak, sih?" Hyunbin menatap risih pada Kim-Ha yang makan dengan lahap seperti sudah menahan lapar selama setahun.

"Tidak. Aku ketiduran."

Hyunbin mendesah pelan. Kim-Ha sering sekali melewatkan waktu makannya. Untung saja Hyunbin dibekali nasi oleh Bibinya, Yerin, jadi Kim-Ha bisa makan meski belum memasuki jam makan siang.

"Kalau kau tidak makan malam, setidaknya kan sarapan dulu sebelum ke sekolah."

"Bibi Jang sedang libur, aku juga malas masak –-ah, lagipula aku bangun kesiangan tadi. Untung tidak telat."

Raut wajah Hyunbin menjadi lebih khawatir setelah mendengar jawaban Kim-Ha. Hyunbin tahu soal Ibu Kim-Ha yang lama tak pulang dan entah di mana. Menghubungi anaknya hanya sesekali, semakin menunjukkan ketidakpedulian wanita itu pada putrinya. Dan kalau pembantunya libur, artinya Kim-Ha tinggal sendirian di rumah. "Kau sendirian di rumah, kenapa tidak bilang padaku? Kan aku bisa menginap."

"Kenapa juga harus bilang padamu? Lagipula aku tidak sudi kau menginap di rumahku."

"Aku ini khawatir tahu. Memangnya kau tidak takut di rumah sendirian?"

"Sudah biasa. Toh, tidak akan terjadi apapun karena komplek perumahanku dijaga tiga satpam sekaligus. Pasti aman. Jangan khawatir berlebihan begitu."

"Memangnya tidak kesepian?"

"Tidak. Tadi malam saja kau menelfonku, yah, aku cukup berterima kasih untuk itu, aku jadi merasa punya teman dan tidak kesepian."

Hyunbin terseyum tipis. Sayang sekali malam ini dia tidak bisa menelfon Kim-Ha lagi. Ponselnya masih disita dan entah kapan ayahnya mau mengembalikan benda itu padanya.

Halo Kim (KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang