11

581 81 5
                                    

Cukup lama Taehyung merenung hingga bisa menyimpulkan tanpa ragu kalau Kim-Ha memang benar putrinya. Sikap Suhyeon, waktu kelahiran Kim-Ha dan reaksi anak itu saat menyebut namanya sebagai nama ayahnya membuat Taehyung yakin kalau dugaannya sejak kemarin tidak salah. Saat Taehyung sadar dari lamunannya, suara yang ia dengar dari sebrang telfon malah isak tangis Kim-Ha yang menyayat hatinya. Mendengar kalau Kim-Ha habis menangis saja Taehyung langsung khawatir setengah mati. Lalu sekarang dia harus mendengar langsung isakan anak itu dan penyebabnya adalah Taehyung sendiri.

Lelaki itu bingung harus bereaksi seperti apa. Setelah menimbang-nimbang harus bicara apa dan ternyata tak ada satupun kata yang sanggup keluar dari mulutnya untuk menenangkan putrinya, Taehyung memutuskan untuk mengakhiri panggilan. Besok dia akan menemui Kim-Ha langsung untuk memeluk dan meminta maaf karena selama ini Taehyung tak pernah ada untuk Kim-Ha selama empat belas tahun hidup anak itu.

Taehyung menggenggam erat ponselnya, menarik nafas panjang dan mencoba merilekskan pikirannya yang berkecamuk sejak mengatetahui identitas Kim-Ha yang sebenarnya. Lelaki itu segera bangkit dari kasur Hyunbin dan berjalan ke pintu yang ia sengaja ia kunci setelah mengusir keponakannya dari kamarnya sendiri untuk bisa leluasa mengobrol dengan Kim-Ha.

"Paman!" teriakan Hyunbin menyambut Taehyung begitu ia keluar dari kamar. Anak itu memukul pantat Taehyung dengan ekspresi cemberut. "Kenapa jadi Paman yang menelfon Halo? Dan berani-beraninya Paman mengusirku dari kamarku sendiri!"

"Sst," Taehyung menempelkan telunjuknya di bibir Hyunbin. "Jangan berisik, Minjung dan Haneul sudah tidur. Ayahmu juga bisa tiba-tiba keluar dari ruang kerjanya kalau kau teriak terus. Sudah, kau tidur juga sana." Sekarang Taehyung mendorong Hyunbin masuk ke kamarnya dan segera menutup pintu. Baru beberapa detik, Taehyung langsung membukanya kembali dan melongokkan kepalanya ke kamar. Hyunbin masih berdiri di depan pintu dengan tangan bersedekap. "Apa lagi?" tanya anak itu ketus.

"Kau suka Halo?"

Hyunbin menggumam dan menjawab, "iya."

"Tidak boleh!"

"Kenapa?" sungut Hyunbin. "Dia temanku, aku tak akan berteman dengannya kalau tidak menyukainya. Tapi jangan kira aku menyukainya dan ingin jadi pacarnya. Ugh, itu tidak mungkin!" Taehyung menyipitkan matanya, menatap Hyunbin. "Benar?"

"Kenapa aku harus bohong? Aku hanya suka Halo karena dia terlihat keren bisa adu jotos, membolos dan hidup sesuka hatinya," Hyunbin menunjukkan cengirannya sementara Taehyung memutar kedua matanya. "Memang kenapa sih?" tanya Hyunbin penasaran.

"Tidak ada. Baguslah kalau kau memang tidak menyukainya, jangan pernah," kata Taehyung penuh penekanan. "Karena Halo adalah sepupumu," lanjut Taehyung dalam hati.

🍀🍀🍀

"Kim-Ha tidak masuk sekolah?"

Hyunbin mengangguk. "Tidak ada keterangan apapun di absensinya."

"Apa dia sakit?" Hyunbin angkat bahu, dia memang tidak tahu sama sekali soal kabar temannya itu. Lagipula, Kim-Ha yang tidak masuk tanpa kabar itu bukan hal aneh, tapi paman Hyunbin ini berlebihan sekali saat tahu Kim-Ha tidak sekolah sampai-sampai minta diantarkan ke rumah Kim-Ha sekarang juga.

"Memangnya Paman tidak kerja? Dan kenapa dari kemarin selalu paman yang menjemputku? Aku malas jika Paman yang menjemput!"

"Kalau tidak ada perlu, aku juga tidak mau menjemput bocah cerewet sepertimu. Jadi, kemana arah rumah Halo?"

"Tahu perumahan Seruni, tidak? dia tinggal di sana bersama pembantunya."

Taehyung menoleh sekilas pada Hyunbin dengan kening mengerut. "Ibunya?"

Halo Kim (KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang