Taehyung membaringkan tubuhnya di sofa. Mengistirahatkan tubuhnya yang masih terasa sakit akibat pukulan Sojung, kakak iparnya tadi sore. Tangan kanannya dijadikan bantalan sementara tangan kirinya mengangkat boneka berbentuk paus yang sejak tadi tak luput dari pengamatannya.
Boneka itu tampak seram karena tidak memiliki mata. Dia mendapatkannya dari kantong hitam yang Kim-Ha bawa tadi siang. Tadi Taehyung terlambat menyadari bahwa barang milik Kim-Ha ketinggalan di mobilnya.
Saat masih asik dengan lamunannya, Hyunbin datang dengan robot kecil ditangannya. Lantas bocah itu ikut duduk di sofa tempat Taehyung berbaring.
"Ih, bonekanya jelek!" komentar Hyunbin saat melihat boneka di tangan Taehyung. Taehyung menoleh dan ingin mengabaikan anak itu saja. Namun saat ingatannya soal Kim-Ha terlintas, laki-laki itu bangkit dan memanggil Hyunbin agar lebih dekat padanya.
"Kemarilah. Aku ingin bertanya," kata Taehyung sambil menepuk sofa kosong disampingnya.
"Kalau soal ibu Nam, aku tidak mau bilang apa-apa. Dia sudah menikah bulan lalu."
"Hei, siapa yang mau bertanya soal itu?"
Hyunbin mengerucutkan mulutnya, "Ya, kan biasanya Paman suka bertanya soal wanita cantik yang ada di sekitarku."
"Aku sudah tidak melakukan itu sejak lama, oke?" kata Taehyung kesal. "Hyunbin, apa kau tahu rumahnya Halo?"
"Rumah Halo? Kenapa bertanya itu?"
"Jawab saja, dasar cerewet!"
"Tahu," jawab Hyunbin tanpa mengalihkan perhatiannya dari robot kecil ditangannya. "Rumahnya yang jelek itu. Tidak terlalu jauh dari kantor Mama."
Taehyung mengangguk sok paham meski dia tak terbayang sedikit pun dimana kira-kira lokasinya. Tadi siang Kim-Ha malah minta diantarkan kembali ke depan kantor biro perjalanan itu. Katanya, Taehyung tidak boleh tahu rumahnya, kalau tidak nanti laki-laki itu akan teus mengunjunginya. "Lagian, ibu tidak mengizinkanku membawa orang lain ke rumah," lanjut Kim-Ha saat dia sudah keluar dari mobil Taehyung tadi siang. "Oh, terima kasih sudah mengajakku jalan-jalan dan makan," lanjutnya lagi sebelum gadis itu lari dan menghilang di belokan.
"Sepertinya dia anak yang baik, tapi kenapa kau bisa sampai berkelahi dengannya?"
Hyunbin mengerutkan keningnya, menampakkan ekspresi tak setuju atas ucapan Taehyung barusan. "Baik? Jangan lihat dari tampangnya. Sudah lama, sih, waktu itu ada anak kelas enam yang giginya patah karena dipukul olehnya. Dia galak, Paman." Hyunbin bergidik membayangkan kelakuan Kim-Ha.
"Pasti ada sebabnya, kan? Kau juga, pasti ada sebabnya dia memukulmu?"
Hyunbin cengengesan, "Itu ... aku mendapat tantangan untuk menarik rambutnya. Tapi dia malah marah sungguhan dan langsung melemparku dengan tasnya. Untung tidak kena. Malah kena jendela."
Taehyung mengusap seluruh wajahnya. Ah, dia jadi menyesal telah menghukum Kim-Ha padahal Hyunbin duluan yang mulai. Tiba-tiba dia ingat lagi saat Kim-Ha makan dengan lahapnya. Dia bilang itu karena sejak pagi dia belum makan ditambah lagi tenaganya juga harus terkuras untuk membersihkan toilet. Dia bahkan curhat suka duka saat ia membersihkan toilet, tak peduli waktu itu mereka sedang makan.
"Mungkin besok aku akan datang ke sekolah dan meminta Ibu Nam menghukummu. Kau yang salah!"
Hyunbin melotot dan langsung memeluk kaki Pamannya. "Paman~ jangan hukum aku, kumohon."
"Kalau begitu, minta maaflah pada Halo."
Hyunbin mendesah pelan, ekspresi wajahnya berubahcemberut. "Baiklah baiklah," ucap Hyunbin sembari menjauh dari pamannya. Bocah itu jadi menyesal sudah dekat-dekat dengan Taehyung. Lagipula, kenapa tiba-tiba pamannya jadi memedulikan anak brutal itu?