"Kim-Ha! Kim-Ha!"
"Lima menit lagi, Yeonhee," mohon Kim-Ha yang masih setia menutup mata. Sayangnya Yeonhee, teman sekamar Kim-Ha tidak mau peduli dan tetap mengguncang tubuh Kim-Ha agar gadis itu bangun.
"Aish, cepat bangun. Kepala asrama memanggilmu!"
Mata Kim-Ha langsung terbuka lebar dan bangkit dari tidurnya. Gadis itu menoleh pada Yeonhee dengan eskpresi panik. "Kenapa aku dipanggil? Seingatku aku tidak membuat masalah sejak kemarin."
Yeonhee angkat bahu. "Tidak tahu juga kenapa. Aku hanya disuruh."
Kim-Ha mendesah pelan, lalu mau tak mau bangkit dari kasur tingkatnya menuju kamar mandi. Dia merasa sedikit takut karena dipanggil kepala asrama dan juga kesal karena waktu tidurnya terganggu padahal ini hari minggu.
Usai mencuci muka, Kim-Ha turun ke lantai satu untuk menemui kepala asrama. Gadis itu tidak mau repot-repot berganti baju, jadi dia hanya mengenakan piyama tidurnya saat ini.
Sebelum masuk ke ruang kepala asrama, Kim-Ha lebih dulu berdo'a supaya dia tidak disemprot oleh wanita galak itu. Meski sudah sering dimarah karena rajin membuat ulah, tetap saja Kim-Ha merasa gentar.
"Permisi." Kim-Ha menyembulkan kepalanya di balik pintu. "Nyonya Shin, Yeonhee bilang kau memanggilku?" Kini Kim-Ha sudah masuk dan berdiri tepat di depan pintu. Dia harus memastikan dulu karena bisa saja Yeonhee hanya iseng. Gadis yang punya marga sama dengannya itu tak jarang mengerjai Kim-Ha, begitu juga sebaliknya.
"Benar. Ada yang ingin bertemu denganmu."
Kim-Ha mengangkat sebelah alisnya dan berpikir. "Apa Paman Youngjae?" tebaknya. "Tapi dia sudah mengunjungiku minggu lalu."
"Bukan, bukan ayahmu," jawab Nonya Shin. "Masuklah dulu dan duduk di sana."
Kim-Ha mengerucutkan bibirnya, lalu masuk dan duduk di sofa yang ada di tengah-tengah ruangan kepala asrama, sedangkan Nyonya Shin duduk di balik meja dan sibuk dengan beberapa berkas.
"Kupikir aku tidak punya kenalan lain selain Paman Youngjae. Jadi ... siapa?" Kim-Ha masih penasaran. Tentu saja, karena anak itu tak punya siapapun selain Youngjae dan Han yang menjadi ayah dan saudara tirinya—meski pria bermarga Yoo itu cukup terlambat untuk mengakui Kim-Ha sebagai putri—tiri—nya karena menikah dengan Suhyeon.
"Nyonya Shin, jangan membuatku mati penasaran," ucap kim-Ha lagi saat wanita itu tak merespon perkataannya.
"Kau tidak akan mati sebelum bertemu dengan orang ini, jadi tidak usah berlebihan." Kim-Ha memutar kedua mata, tidak puas dengan jawaban Nyonya Shin, orang yang selama setahun ini menjadi pengganti orang tuanya selama tinggal dan bersekolah di SMA Hanyoung.
Awas saja kalau tidak penting! gerutu Kim-Ha dalam hati.
Sekarang, yang bisa Kim-Ha lakukan hanya menunggu dengan bosan orang yang katanya ingin bertemu.
"Kalau ternyata se-lama ini, harusnya kau memanggilku nanti saja, Nyonya Shin. Sejujurnya aku masih mengantuk." Ucapan itu diakhiri dengan Kim-Ha yang menguap lebar.
"Nah, kau pasti begadang lagi semalam," tuduh Nyonya Shin. "Apa yang kaulakukan? Kau diam-diam melompati pagar lagi, ha?"
"Astaga, tentu saja tidak. Aku hanya ... bercerita sampai larut bersama Yeonhee."
"Bercerita tentang kehebatanmu memukul kakak kelas?"
"Tidak, Nyonya Shin." Kim-Ha mendengus, sedikit kesal karena Nyonya Shin terus berpikiran yang tidak-tidak soal dirinya. Yah, meski sebenarnya itu hal yang wajar. Kim-Ha memang terlampau sering membuat masalah seperti meninggalkan asrama diam-diam atau berkelahi dengan orang lain hanya karena mereka mengejek Kim-Ha bodoh dan miskin.