Tidak ada reaksi apapun selain terpaku satu sama lain selama beberapa detik antara Suhyeon dengan Taehyung. Saat Kim-Ha menggumam "Paman Taehyung", barulah Suhyeon sadar dan memutus pandangannya dari Taehyung. Wanita itu lantas mendorong troli di sampingnya dan memerintahkan Kim-Ha untuk mengimbangi langkahnya yang terburu-buru.
"Suhyeon!"
Teriakan itu akihirnya keluar juga dari mulut Taehyung setelah terlalu lama lelaki itu bekutat dengan pikirannya sendiri. Tidak cukup memanggil nama, Taehyung mempercepat langkahnya dan menarik lengan Suhyeon. Mengabaikan dua orang yang turut datang bersamanya untuk sementara demi memuaskan rasa penasarannya.
"Lepaskan!" Suhyeon berusaha berontak, tapi cengkraman Taehyung terlalu kuat. Kim-Ha, anak itu menatap khawatir pada ibunya yang terlihat panik.
"Kenapa kau bisa bersama Halo?" Suhyeon menoleh sekilas pada Kim-Ha, lalu kembali menatap tajam Taehyung dan menjawab, "bukan urusanmu."
"Apa dia putrimu?"
"Putriku atau bukan, apa urusannya denganmu?" tanya Suhyeon sinis. Wanita itu tetap berusaha melepas cengkraman Taehyung meskipun sangat sulit dan pergelangan tangannya telanjur sakit.
"Karena mungkin saja Halo –-"
"Oppa." Perkataan Taehyung terputus saat suara lembut menginterupsi. Taehyung segera melepaskan tangan Suhyeon dan beralih pada sang istri, membiarkan mantan kekasihnya tadi pergi bersama Kim-Ha dengan langkah cepat. "Siapa?" tanya Yerin sembari melihat sekilas ke arah dua perempuan yang baru saja meninggalkan mereka bertiga.
Taehyung tersenyum cangggung dan menjawab, "bukan siapa-siapa. Dia hanya ... teman SMA yang sudah lama tidak bertemu."
"Tapi dia terlihat takut padamu. Jangan bilang ..." Taehyung meneguk salivanya, merasa was-was terhadap tebakan Yerin. " ... kau mem-bully-nya dulu, makanya dia ketakutan." Tawa Taehyung pecah, dia merasa lucu sekaligus lega karena Yerin tidak berpikir aneh-aneh.
"Tidak tidak, aku ini murid teladan yang baik hati, aku mana mungkin menindas orang lain, apalagi perempuan. Mungkin dia hanya ... tidak lagi mengenalku dan mengira aku orang asing."
Yerin mangut-mangut, sementara Taehyung bersyukur istrinya bukan orang yang mudah curiga atau cemburu. Toh, memang tidak ada yang patut dicurigai atau dicemburui dari pertemuan Taehyung dengan mantan pacarnya sejak empat belas tahun lalu itu.
"Ma, makan~" Minjung bersuara. Gadis mungil yang duduk di troli itu mengerucutkan bibirnya sembari mendongak pada ibunya, membuat Taehyung tidak tahan untuk mencubit kedua pipi tembam putrinya lantaran terlalu imut.
"Sebentar lagi belanjanya selesai, habis itu kita makan. Oke?" Taehyung membentuk huruf O dengan jempol dan telunjuknya, dan Minjung meniru apa yang dilakukan ayahnya itu. Yerin hanya tersenyum melihat interaksi ayah dan anak itu, kemudian kembali mendorong troli ke tempat sayur dan buah-buahan, tujuan terakhir 'tur' supermarket keluarga kecil itu.
🍀🍀🍀
"Kenapa ... Ibu terlihat ketakutan saat bertemu Paman Taehyung?" Kim-Ha tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak bertanya. Dia tahu, mungkin Suhyeon benci pada ayah kandung Kim-Ha karena telah membuatnya hidup susah secara tidak langsung. Tapi, sepertinya, dibanding benci, Suhyeon lebih terlihat menghindar karena takut, bukan karena muak atau semacamnya.
Suhyeon terlihat sedang memikirkan jawaban yang pas ditengah kegiatan menyetirnya, tapi dia tidak berhasil dan tetap bingung harus menjawab apa –-sebentar. Bukankah daripada penasaran kenapa Suhyeon ketakutan, Kim-Ha seharusnya bertanya apakah dia mengenal Taehyung? Kim-Ha jelas tidak tahu Suhyeon mengenal pria Kim itu, atau sebenarnya anak itu sudah tahu?