Setelah meluangkan waktu di sela pekerjaan yang menumpuk dan tak ada habisnya, akhirnya dua keluarga kecil Kim—Seokjin dan Taehyung bisa berlibur mengunjungi desa wisata di kaki bukit daerah tetangga. Mereka berangkat menggunakan mobil, Taehyung dan Seokjin bergantian menyetir menuju tempat tujuan. Dua kakak beradik itu sudah berbaikan sejak lama setelah mereka saling meminta maaf dan saling mengerti alasan yang menjadikan keduanya sama-sama keras kepala; Taehyung yang frustrasi dan tak ingin kehilangan putrinya, sedangkan Seokjin yang menyayangi Taehyung dan tidak ingin adiknya semakin terperosok dalam lubang masalah yang membahayakan keluarga kecil pria itu.
"Akhirnya bisa istirahat!" seru Hyunbin yang duduk di bangku paling belakang bersama Haneul dan Minjung. Sedangkan di deretan bangku tengah ada Taehyung, Yerin dan Juhoon—putra bungsu Taehyung dan Yerin yang sudah berumur satu tahun sekarang. Di kursi kemudi, tentu saja ada Seokjin, ditemani sang istri, Sojung.
"Ma, Aku mau ramyun, ya!" teriak Haneul dari belakang, dan otomatis mendapat tatapan tajam dari Sojung, terlebih saat Minjung ikut-ikutan ingin ramyun.
"Tidak ada ramyun di restoran yang kita datangi. Makan yang ada saja," kata Hyunbin cepat. Anak itu sudah SMA, dan sekarang sedang libur sehabis ujian semester ganjil.
"Aish, Oppa!" Haneul merengek, tapi Hyunbin tidak peduli. Lelaki itu segera menyuruh Haneul dan Minjung keluar mobil setelah Taehyung dan Yerin turun lebih dulu. Mereka akan beristirahat sebentar sambil mengisi perut setelah tiga jam perjalanan yang membuat perut mereka kembali lapar.
"Oppa, tolong gendong Juhoon sebentar, aku ingin ke kamar mandi," pinta Yerin sembari menyerahkan putranya kepada Taehyung. Pria itu langsung menggendong Juhoon dan menciumi pipi anak satu tahun itu. Juhoon tampaknya kelelahan karena ini perjalanan jauh pertamanya menggunakan mobil. Jadi anak itu tidak banyak tingkah dan hanya memeluk leher Taehyung serta menyandarkan kepalanya ke dada sang ayah.
"Taehyung ayo!" Suara Sojung mengagetkan Taehyung yang tengah sibuk memindai lingkungan sekitarnya. Sojung menyadari perilaku adik iparnya itu, dan mendesah pelan, menatap prihatin pada Taehyung.
"Kenapa?" tanya Seokjin lirih lantaran Sojung mendadak terlihat murung. Wanita itu menatap sendu pada suaminya.
"Taehyung ...," jawab Sojung lirih. "Dia selalu seperti itu setiap kali mendatangi tempat baru. Wajahnya linglung dan bingung, seperti sedang mencari sesuatu—oh, bukan. Maksudku seseorang."
Seokjin mengerutkan keningnya sembari menatap punggung Taehyung yang menjauh dan masuk ke dalam restoran, menyusul anak-anak mereka. "Benarkah? Aku tidak memperhatikan itu."
"Aku selalu memperhatikannya karena dia tak jarang pergi bersamaku."
"Tapi kenapa? Dia ada masalah?"
Sojung mendesah dan memutar kedua matanya. "Kau sungguh tidak tahu alasannya?" Seokjin menggeleng pelan. Dia pikir sikap Taehyung biasa saja. Dia konyol dan ceria seperti tak ada masalah berarti dalam hidupnya.
"Dia mencari Kim-Ha," jawab Sojung sedikit kesal. "Meski dia terlihat baik-baik aja dan bersikap tidak masalah tidak pernah lagi bertemu Kim-Ha, tapi di dalam hatinya dia ingin bertemu sekali saja dengan putri pertamanya dan memastikan Kim-Ha benar hidup dengan baik."
"Jangan sok tahu Sojung."
"Aku memang tahu," sergah Sojung. "Taehyung pernah cerita sekali saat dia mabuk. Kalau dia sadar, dia pasti enggan menceritakan isi hatinya. Karena apa? Karena dia pikir tak ada tempat atau siapapun yang bersedia mendengar keluh kesahnya, bahkan istrinya sendiri. Kalian berdua membenci Kim-Ha jadi Taehyung menyimpan semuanya sendirian."
Seokjin terdiam setelah mendengar perkataan istrinya. Lelaki itu jadi hilang konsentrasi lantaran melamunkan adiknya yang tampak baik-baik saja, tapi sebenarnya masih menyimpan kesedihan dalam hatinya.