Suhyeon memaksa untuk pulang dengan cepat. Dia bilang, dia tidak butuh perawatan karena dia baik-baik saja, dan jelas ada urusan yang lebih penting ketimbang berdiam diri di ruang rawat. Taehyung tak bisa mencegah wanita itu, bahkan tawaran mengantar Suhyeon ke tempat tujuan pun langsung ditolak.
"Jangan berusaha terlalu keras, kau tak akan bertemu Kim-Ha meski aku mengiyakan tawaranmu," kata Suhyeon ketus. wanita itu merapikan rambutnya sekali lagi sebelum membuka pintu ruang rawat dan meninggalkan Taehyung yang mendengus kesal karena perubahan mood Suhyeon yang terlalu cepat.
Padahal belum lama Suhyeon menangis tersedu-sedu seperti wanita tak berdaya di pelukan Taehyung, tapi beberapa saat kemudian wanita itu menghentikan tangisnya dan mendorong Taehyung agar menjauh, lalu bersikap seolah tak ada apa-apa. Jika saja matanya tidak bengkak dan merah, orang lain tak akan tahu kalau wanita yang memasang ekspresi judes itu habis menangis.
Taehyung akhirnya ikut melangkahkan kakinya keluar ruangan. Punggung Suhyeon masih tampak karena wanita itu berjalan pelan lantaran fisiknya yang masih lemah. Taehyung bahkan bisa menyusul Suhyeon hanya dengan berjalan berkat kaki panjangnya.
"Nyonya Cha?"
Taehyung menghentikan langkahnya tiga meter di belakang Suhyeon saat salah seorang dokter menyapa Suhyeon.
"Oh, halo Dokter Hwang." Suhyeon membungkuk dan tersenyum tipis, berbeda dengan wanita yang dipanggil dokter Hwang, dia malah menatap khawatir pada Suhyeon.
"Anda terlihat tidak baik-baik saja," komentar Dokter Hwang. "Ah, itu jelas karena kau tak akan ada di sini jika tak ada masalah. Jaga kesehatan anda dan jangan memikirkan hal yang membuat stres. Bayimu akan merasakan dampaknya jika sampai itu terjadi."
Suhyeon mengangguk dengan wajah sendu. "Terima kasih telah memperhatikan aku. Aku permisi karena masih ada urusan lain."
Dokter Hwang mengangguk dan memberi jalan pada Suhyeon. Selanjutnya pandangan dokter itu berserobok dengan milik Taehyung. "Oh, Taehyung Oppa!" sapa wanita itu antusias.
"Halo Sinbi," sapa Taehyung sambil mendekati Sinbi.
"Kenapa bisa di sini? ada yang sakit?"
"Hanya kenalanku," jawab Taehyung. "Omong-omong, kau kenal dengan wanita tadi?"
"Iya, dia salah satu pasienku," kata Sinbi diiringi dengan perubahan ekspresi menjadi muram. "Kenapa?"
"Kurasa aku mengenalnya juga. Seperti teman SMA-ku," kata Taehyung yang mulai bermain drama. "Kenapa kau jadi terlihat sedih saat membahasnya?"
"Hanya merasa simpati karena aku tahu dia sedang ada dalam masa sulit. Diceraikan dalam keadaan hamil itu benar-benar situasi yang buruk, dan kurasa masalahnya belum selesai setelah melihat kondisinya tadi."
"Cerai?"
Sinbi mengangguk. "Sudahlah, itu tidak penting. Kenapa aku jadi membuka kartu pasienku. Jika benar itu temanmu, pura-pura tidak tahu saja soal yang aku bicarakan, okay?"
"Aku bukan manusia tukang gosip seperti kau dan Yerin."
"Hanya antisipasi. Oppa masih ingin di sini? aku harus pergi segera."
"Ya pergi saja, aku juga akan pulang."
"Baiklah. Sampai jumpa, dan sampaikan salamku untuk Yerin dan baby Kim."
🍀🍀🍀
"Papa!" Minjung mengerucutkan mulutnya, kesal karena Taehyung tak kunjung meresponnya. Jadi dia berteriak sekali lagi sambil memukul punggung sang ayah hingga pria itu tersentak.