Klek!
Pintu rumah Kim Ha langsung bisa terbuka meski Kim-Ha tidak menggunakan anak kunci sebelumnya. "Ibu," gumamnya was-was. Kemungkinan besar sang ibu sudah pulang karena pintunya sudah tak terkunci seperti saat dia meninggalkan rumah.
Pelan-pelan ia masuk. Berharap ibunya sudah tidur sehingga ia tidak dimarahi karena tidak di rumah seharian. Dia juga berharap ibunya sudah makan di luar jadi Kim Ha tidak perlu masak dan tidak perlu dimarahi.
"Halo."
"Maafkan aku ibu!" teriak Kim Ha spontan. Anak itu bahkan berlutut dan mengatupkan kedua tangannya. Matanya terpejam tak berani melihat ibunya yang mungkin sedang memasang ekspresi marah. "Aku ... aku.." Kim Ha kebingungan harus berkata apa. Seluruh skenario bohong yang telah ia susun sejak diperjalanan pulang hilang begtiu saja.
"Maafkan Ibu ..." mohon Suhyeon lirih. Wanita itu langsung memeluk Kim-Ha, dan membuat putrinya menegerjap tak percaya.
"Maaf untuk apa?" tanya Kim-Ha lirih.
"Ibu sudah asal menyimpulkan. Ibu tidak memahamimu. Soal kemarin juga ibu minta maaf. Ibu gagal menjadi ibumu."
"Tidak Bu.. Ibu adalah ibu terhebat yang Kim Ha miliki," Kim Ha memeluk ibunya. "Soal kemarin, itu kan memang aku yang salah. Aku yang harusnya minta maaf. Aku menyayangimu dan tidak mau melihat ibu bersedih. Jangan sedih lagi."
Suhyeon mengusap air matanya dan berusaha tersenyum. "Ehm, kau belum makan, kan? Ibu sudah memasak sup untukmu."
Kim Ha mengangguk. Meski dia tadi sudah makan bersama Taehyung, makan sedikit lagi rasanya tidak masalah. "Ayo makan."
Suhyeon memanaskan supnya terlebih dahulu. Tak lama mereka berdua sama-sama fokus pada santapan malamnya.
"Kau ini, kuah supnya juga ikut dimakan, nanti seret."
Kim-Ha mendongak dan menatap ibunya. Kalimat yang diucapkan Suhyeon mirip dengan apa yang Taehyung katakan. "Hmm, tapi ibu kan juga begitu," protes Kim Ha yang tak melihat ada kuah di piring ibunya.
"Ibu juga akan tambah kuah, kok. Lagian, rasa supnya kan ada di kuahnya." Lagi-lagi perkataan ibunya sama dengan apa yang dikatakan Taehyung padanya. Kim-Ha heran kenapa bisa ada kebetulan seperti ini. "Kau tahu, kalimat itu ... Ibu dapatkan dari ayahmu. Dia akan protes kalau Ibu tidak makan supnya dengan benar." lanjut Suhyeon lirih, sambil menunduk.
"Ayah?" Kim Ha membelalakkan matanya. Suatu keajaiban ibunya mau membahas perihal manusia yang selalu membuat Kim-Ha penasaran sekaligus rindu, tapi tak pernah sekali pun ibunya mau membahas soal pria yang menjadi ayah gadis kecil itu, sekalipun Kim-Ha merengek. Tapi hari ini, entah ibunya kerasukan apa sampai-sampai membahas hal tak penting soal ayahnya.
"Ayah bilang begitu?" Kim-Ha memastikan lagi. Ingatan soal Taehyung jadi semakin jelas di kepala gadis kecil itu. "Apa Ayah orang yang baik? Boleh aku tahu namanya?" tanya Kim-Ha ragu.
Dilihatnya wajah sang ibu yang berubah muram. Tidak secerah tadi begitu mendengar pertanyaan Kim Ha. "Kalau Ibu keberatan, tidak apa. Tidak usah bilang. Aku tidak mau Ibu sedih karena teringat Ayah."
Suhyeon tersenyum tipis menatap putrinya. "Tidak apa. Kau boleh tahu namanya, tapi jangan mencari tahu lebih dari itu. Nama ayahmu adalah Taehyung, Kim Taehyung."
"Tae –-Taehyung?" ulang Kim-Ha. Gadis kecil itu shock mendengar nama Ayahnya yang sama dengan nama Paman Hyunbin. "Ibu ... punya foto Ayah?"
"Sayangnya sudah ibu buang semua. Lagipula mengtahui wajah orang yang sudah meninggal itu tidak penting."
Kim-Ha mengerucutkan bibirnya, kecewa. "jadi Ayah ... memang benar-benar sudah meninggal?"
Suhyeon menelan salivanya. Kim-Ha tak pernah mempertanyakan ini sebelumnya. "Tentu. Kalau dia masih hidup, pasti dia ada di sini, kan?"
Kim-Ha terlihat tidak puas dengan jawaban ibunya. Anak itu menggigiti bibirnya, seperti sedang ragu ingin bicara atau tidak. "Kenapa? Kau mengira Ibu bohong?" Kim-Ha tersentak, anak itu mengerjap menatap ibunya.
"B-bukan begitu. Aku hanya ... hanya berharap Ayah masih hidup." Kim-Ha menunduk lagi, takut ibunya akan marah kepadanya, karena biasanya topik tentang ayah adalah hal yang sensitif bagi Suhyeon. "Sebenarnya aku bertemu seorang Paman bernama Taehyung."
Mendengar pernyataan Kim-Ha, tubuh Suhyeon serasa tersengat listrik dan menegang. Meski penasaran dan memiliki banyak pertanyaan, Suhyeon tetap diam dan mendengarkan lebih dulu apa yang akan dikatakan putrinya. "Paman Taehyung itu sangat baik, tidak seperti Hyunbin yang jahat. Kata Paman Yoongi, aku juga mirip dengan Paman Taehyung." Kim-Ha tersenyum kala mengingat pria yang beberapa saat lalu baru saja berpisah dengannya. Berbanding terbalik dengan Suhyeon yang pucat dan penuh kekhawatiran.
"Waktu Ibu bilang nama Ayahku adalah Taehyung, aku membayangkan paman Taehyung yang jadi ayahku. Tapi ... pasti bukan. Hanya namanya saja yang sama."
Suhyeon tertawa kikuk. "Tentu saja bukan. Mana mungkin dia Taehyung ayahmu," kata Suhyeon lirih. "D-dimana kau bertemu dengannya?"
"Di sekolah. Waktu itu Paman Taehyung menjemput Hyunbin, terus kami bertemu lagi di warung dekat kantor Ibu. Dia sangat baik karena mengajakku naik mobil. Ibu harus bertemu Paman Taehyung –-ah, tapi mungkin tidak bisa lagi. Katanya besok Paman Taehyung akan pergi ke Taiwan."
Suhyeon sudah kehilangan selera makannya. Wanita itu malah melamun, memikirkan sosok Taehyung yang ditemui Kim-Ha. Apa dia Taehyung yang ia kenal, atau hanya kebetulan memiliki nama yang sama? Lalu bagaimana soal kemiripan yang Kim-Ha maksud? Anak itu, memang sedikit mirip dengan Taehyung, pria kurang ajar yang meninggalkannya tanpa mau repot-repot bertanggung jawab. Taehyung pergi ke luar negri dan memblokir semua akses Suhyeon untuk menghubunginya setelah lelaki itu dengan mudahnya menyuruhnya menggugurkan kandungan.
"Ibu?"
Suhyeon tersentak. Wanita itu menatap putrinya yang terlihat cemas lantaran Suhyeon yang mematung dan tak menghiraukan panggilannya. "Maaf. Kau tadi bicara apa?"
"Tidak ada. Aku hanya memanggil Ibu karena Ibu diam terus."
"Ah, begitu," gumam Suhyeon. "Eum, Halo, dari tadi kau menyebut nama Hyunbin juga. Memangnya dia siapa?"
"Teman sekelasku. Dia keponakan Paman Taehyung. Oh, iya, kakek Hyunbin itu yang punya sekolah, Bu. Hebat, ya? Sayang sekali, Hyunbinnya bodoh, padahal kakeknya punya sekolah yang besar."
"Pemilik sekolah?" Kim-Ha mengangguk. Suhyeon masih tak bisa mengenyahkan pikiran soal Taehyung yang ditemui Kim-Ha. Wanita itu penasaran dan berpikir harus mencari tahu. Dia sudah punya satu petunjuk, mungkin Suhyeon akan mencari keterangan anak pemilik sekolah itu melalui internet.
Jika ternyata apa yang Suhyeon khawatirkan tidak terbukti, setidaknya wanita itu tidak dihantui rasa penasaran lagi. Tapi, jika Taehyung yang Kim-Ha temui adalah ayah kandung anak itu, mungkin Suhyeon akan memikirkan lagi apa yang akan ia lakukan dengan fakta baru yang ia ketahui.
🍀🍀🍀
Gais, aku pernah bilang kan kalo "Halo Kim" ini cuma sampe part 4? Seharusnya aku nulis cuma sampe bagian Halo berpisah sama Taehyung dan mereka gak ketemu lagi, tamat.
Tapi aku sadar itu gantung banget, jadi aku memutuskan buat lanjut ini sampe gak gantung2 amat pake ide yang sebenernya bukan untuk cerita ini 😌
Semoga gak makan banyak chapter hehehe.
Nanti bakal ada Eyin 😌
Indralaya, 20 Agustus 2019
Iva