5

1.3K 173 16
                                    

Shani yang telah  selesai mandi keluar dari kamar Mamanya, ia berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua, namun saat baru saja ia selesai menaiki tangga, ia mendengar suara seseorang menangis dari arah kamarnya dan tentu saja itu pasti Gracia.

Karena takut terjadi sesuatu pada adik sahabatnya itu, Shani langsung berlari menuju kamarnya.
Saat telah sampai ia menatap heran kearah Gracia yang sedang berjongkok membelakanginya dengan bahu yang bergetar karena menangis.

"Kamu kenapa?" tanya Shani.

Gracia tersentak kaget dan semakin menenggelamkan wajah di kedua lututnya.

Karena heran dengan tingkah laku Gracia, Shani memutuskan untuk mendekatinya.

"Hey, kamu kenapa?" ini pertama kalinya Shani berkata lembut pada Gracia, keadaan Gracia yang menangis membuatnya merasa tak tega.

"i.. Itu" Gracia menunjuk pada sebuah miniatur yang pecah menjadi dua bagian di sampingnya.

"kesayangan gue!!"

Shani hanya bisa menggerutu dalam hatinya, ingin sekali ia membawa bocah dihadapannya ini untuk ia tenggelamkan di dasar laut, tapi melihat wajah bersalah Gracia membuat Shani hanya bisa menghembuskan nafas kasar.

Shani mengulurkan tangannya dihadapan Gracia sementara Gracia hanya menatap telapak tangan Shani. 

"Hwaaaa..  Aku ga punya uang Ci, maafin aku, jangan minta ganti rugi"

Shani berdecak sebal, gadis SMA di hadapannya benar-benar membuatnya pusing.

"miniatur nya sini, biar aku benerin"

Seketika tangis Gracia berhenti lalu memberikan miniatur itu pada Shani.

"Bilang dong, tangan Cici begitu kayak lagi minta uang tau" protes Gracia.

Shani tak menanggapi Gracia, ia pergi begitu saja membuat Gracia menggerutu kesal lalu berjalan mengikuti Shani.

Gracia menatap kagum pada seisi ruangan yang baru saja ia lihat, ya itu ruangan khusus yang dibilang Manda pada Shania waktu itu, ruangan yang dikhususkan untuk Shani membuat berbagai macam pesawat aeromodeling yang sudah sejak kecil menjadi hobinya.

Shani mengambil sebuah benda seperti obat tetes mata lalu menuangkan isinya kedalam sebuah wadah.  Dengan hati-hati  Shani mengolesi bagian miniatur yang patah dengan cairan itu lalu menempelkan kebagian lain dan meniupnya secara perlahan.

Gracia masih mengamati Shani, ia penasaran lalu mengambil benda berbentuk obat tetes mata tersebut.

"Ini apa?" tanya Gracia.

"Lem" jawab Shani sekenanya.

"Ngaco nih, mana ada lem  cair begini. Obat tetes mata nih pasti" ucap Gracia lalu meneteskan cairan itu pada jari telunjuknya.

"Tuh kan air ini mah.. Eeeh eeh..  Kok.. Ciciii jari aku ga bisa lepas" Gracia berteriak, ia panik dan mulai terisak, membuat konsentrasi Shani buyar seketika.

Shani menatap jengah pada Gracia, ia meletakkan miniatur yang kini telah kembali utuh di atas meja, lalu menuntun Gracia yang masih terisak menuju wastafel.

Dengan hati-hati Shani membasuh tangan Gracia dengan air.

"Tangan aku ga akan dipotong kan? hiks"

"Engga"

"Tapi ini susah banget lepasnya"

"Makanya, jadi orang tuh jangan ceroboh, udah aku bilang kan itu lem"

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang