24

691 91 8
                                    

" aku pikir kita nginep di rumah nenek"

Sheril yang sedang merapikan pakaian nya langsung menoleh pada Shani.
Kini mereka berdua sudah sampai di Jogja.

"emang mau?"

dengan cepat Shani langsung menggelengkan kepalanya.

"kita disini untuk liburan, minggu depan aku harus kembali kerja"

"cepet banget, terus aku sama siapa?"

"itu juga juga tujuan kita kesini" Sheril berucap dengan pelan beruntung Shani tak mendengar ucapan nya. Entah apa yang dipikirkan nya sekarang, tatapanya mengarah sendu pada keponakan nya itu.

"kita istirahat bentar, makan, kamu minum obat terus kita jalan-jalan"

"oke"

alis Sheril terangkat, ia menatap heran pada Shani.

"apa?" tanya Shani yang merasa risih dengan tatapan Sheril.

"tumben langsung nurut"

"salah mulu perasaan" gerutu Shani tapi Sheril menimpali nya dengan gelak tawa.

bip..

ada pesan masuk di ponsel Shani.

"Gracia" gumam Shani dan langsung mematung melihat pesan yang dikirim Gracia lewat akun wattpad nya.

tunggu aku

tak butuh waktu lama, Shani langsung membalas pesan Gracia.

jangan nekat ya!

tak ada balasan lagi, walaupun sempat khawatir mengingat Gracia bisa melakukan hal-hal aneh sesukanya tapi untuk menyusulnya sejauh ini rasanya itu adalah hal yang mustahil.

***

Sementara itu Gracia sepertinya sudah mantap untuk menyusul Indira si penulis idolanya itu.
Tanpa memikirkan hal yang akan terjadi kedepannya, ia sudah terlanjur kesal dan marah pada sang kakak, menurut nya Shania sama sekali tak mengerti tentang perasaan nya.

"di Jakarta aja susah ketemu nya, apa di Jogja aku bisa ketemu kak Indira?"

Gracia terlihat bimbang, tapi entah kenapa ada sebagian di dirinya yang mendorong untuk yakin pada pendirian nya.

"aku kan baru beres ujian kenaikan kelas, aman-aman aja sih kalau pergi agak lama"

Gracia menganggukan kepalanya mantap, lalu meraih tas gendong kesayangan nya yang kini penuh dengan perlengkapan nya untuk beberapa hari kedepan.

Dengan langkah perlahan Gracia melangkah keluar dan berharap situasi akan berpihak padanya.
Namun langkah nya langsung terhenti saat melihat Shania yang sedang duduk di di kursi ruang tengah.

"ish, ngapain disitu sih"

Gracia lebih memilih kembali ke kamar nya dan memikirkan cara keluar tanpa diketahui siapapun.
senyuman terukir di bibirnya saat matanya langsung tertuju pada jendela kamar, ia bisa keluar lewat sana tapi butuh keberanian yang cukup untuk melompat kebawah dan Gracia takut dengan ketinggian.

"nyesel deh dulu minta kamar di atas" gerutu Gracia sambil bergidik ngeri membayangkan jika ia harus melompat kebawah.

Tiba-tiba terlintas satu ide di benaknya, tanpa pikir panjang Gracia melempar tas nya kebawah lalu ia melangkah keluar kamar.

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang