15

1.1K 151 22
                                    

Suasana di mobil sangat hening, Shani masih fokus menatap keluar jendela.

"Gue tau Gracia keterlaluan tapi ga seharusnya lo bersikap kasar kayak tadi"

Shani masih terdiam, bahkan ia terlihat tidak menghiraukan perkataan Shania padahal ia juga kini sedang di liputi rasa bersalah walaupun ia terlalu gengsi untuk sekedar mengucapkan kata maaf.

"Gracia juga pernah ngerasain rasanya kehilangan Shan, dia paling dekat dengan Papa sama seperti lo, dan dia juga harus terima kalau Papa pergi disaat dia nyaris kehilangan nyawanya sendiri"

Shani langsung menoleh kearah Shania seperti sedang menunggu Shania untuk melanjutkan ceritanya.

"Nyokap dan bokap gue cerai Shan, bukan karena mereka ga saling cinta tapi karena mereka menjalani semuanya tanpa restu dari orang tua, hingga akhirnya kita kalah dan papa terpaksa pergi ninggalin gue, mami dan juga Gre"

Shania sedikit menoleh pada Shani yang kini menatap kosong kedepan lalu kembali fokus pada kemudinya.

"Gre ngejar papa waktu itu, tapi papa seolah tuli, Gre kecelakaan waktu ngejar papa, tulang rusuknya patah dan ngerobek hatinya, Gre nyaris hilang harapan dan gue ataupun Mami udah pasrah sama keadaannya, tapi Tuhan berkata lain, Gre bisa ngelewatin masa-masa sulitnya walaupun dulu dia masih sangat kecil"

"Cici aku ga apa-apa, jangan khawatir"

"Ci sekali aja, aku mau ngerasain sekolah"

"Kenapa ga ada orang yang percaya padaku, kenapa orang-orang memperlakukanku seakan aku akan mati besok"

"Pergi Ci, jangan liat aku dengan tatapan kasihan seperti itu!"

Shani memejamkan matanya kuat-kuat kata-kata itu selalu terngiang di telinganya padahal ia sama sekali tak tau suara siapa itu.

***

Shani keluar dari mobil dan langsung menuju ke kamarnya.
Manda sejak tadi menunggu langsung berdiri dan menghampiri Shania.

"Sebenarnya ada apa?" Tanya Manda.

"Ga ada apa-apa tante, cuma kejutan ulang tahun, mungkin Shani terlalu cape"

Manda pun mengangguk walaupun Shania tau ada kekhawatiran di mata ibu sahabatnya itu.

"Shania pulang dulu ya Tante"

Setelah pamit dan mencium tangan Manda, Shania langsung melajukan mobilnya untuk pulang, ia benar-benar khawatir dengan Gracia.

Sementara itu Shania yang kembali berbaring di tempat tidurnya mulai menangis, ia bingung sebenarnya apa yang ia rasakan sekarang, ia seperti sedang merindukan banyak hal tapi ia sama sekali tak tau itu apa.

Tring..

Shani meraih ponselnya, ada sebuah pesan dari akun wattpatnya dan ia tau itu dari siapa.

SGluvcuuu

Jangan takut sendiri
kamu tak kan lagi sepi
Jangan takut kehilangan
Aku beri kekuatan

Belum saatnya menyerah
Tetap di sampingku

Bila saat engkau jatuh
Dan mulai merasa rapuh
Pundakku siap tersandar
Tanganku selalu menggenggam

Belum saatnya menyerah
Tetap di sampingku

Bila saat engkau jatuh
Dan mulai merasa rapuh
Pundakku siap tersandar
Tanganku selalu menggenggam
Ini aku

Bila saat engkau jatuh
Dan mulai merasa rapuh
Pundakku siap tersandar
Tanganku selalu menggenggam

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang