11

1K 147 14
                                    

Cinta Pertama...

Aku lahir karena sebuah cinta, saat itu cinta dapat merubah senduku menjadi senyumku, kelamku menjadi sebuah titik terang pembawa harapan untuk ku terus bertahan.

Saat itu, tangannya terulur meraih ku yang tak mampu untuk beranjak, tubuhnya menopangku agar tak lagi terjatuh. 

Aku mencintainya, aku menyayanginya dengan sepenuh hatiku.

Cinta...

Dia mengajarkanku ketulusan yang tiada habisnya.

Dialah Ayah..

Cinta Pertama bagi setiap anak perempuannya.

***

"Gre, Woy!!"

Nadse langsung mengerutkan keningnya saat Gracia menoleh dengan wajah yang terlihat sangat sendu, gadis aneh sekaligus sahabat terbaiknya ini baru saja menangis dengan tangan yang erat menggenggam ponsel kesayangannya.

"Lu kenapa? ditolak?"

Plak.. 

"Aw Gre, sakit tau" Nadse mengusap-usap lengannya yang terasa perih bercampur panas karena sahabatnya itu dengan seenaknya memukul lengannya yang tak berdosa sedikitpun.

"Enak aja ditolak, gue kan masih jomblo, punya pacar aja engga"

"Ya terus lo kenapa?"

"Nih, gue sedih gara-gara ini"

Gracia menunjukan layar ponselnya pada Nadse.

"Cerita lagi? lo nangis gara-gara cerita doang?"

"Ceritanya sedih tau, cerita buatan kak Indira nih"

"Lebay lo"

Gracia mengerucutkan bibirnya sedangkan Nadse hanya tertawa dan terus menerus meledeknya.

"Jadi inget Ci Shani deh kalau ngomongin soal Ayah" gumam Gracia, tangannya bergerak mengambil sebuah kertas yang sejak tadi berada diatas mejanya.

Dengan perlahan, Gracia menuliskan beberapa kata diatas kertas itu.

"JANGAN MERASA KESEPIAN LAGI"

Senyum Gracia merekah lalu tangannya kembali bergerak melipat-lipat kertas tadi, kertas polos yang sekarang berubah bentuk menjadi sebuah pesawat.

Teeeeeeeeeeettttt...

Bel tanda istirahat telah habis berbunyi, dengan segera Gracia menyimpan pesawat kertas itu kedalam tasnya karena ia berniat akan memberikan pesawat kertas itu pada Shani nanti sore.

***

"Shani.."

Shani yang sejak tadi asik membaca buku langsung menoleh lalu mengerutkan keningnya heran melihat seseorang yang kini tengah berdiri dihadapannya.

"Arka, ada apa?" tanya Shani.

Arka terlihat gugup tapi detik berikutnya ia sudah bisa mengendalikan dirinya.

"Boleh duduk disini?" tanya Arka dengan sangat sopan.

Shani hanya mengangguk lalu kembali fokus pada bukunya, itu membuat Arka semakin salah tingkah, padahal tujuannya tak lain adalah untuk bisa tau lebih dalam tentang wanita yang sudah mencuri hatinya sejak pertama bertemu ini.

"Eng.. Shan"

"Iya?"

Akhirnya mau tak mau Shani menutup bukunya dan fokus melihat Arka.

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang