Kata orang rindu itu indah
Namun bagiku ini menyiksa
Sejenak ku pikirkan
Untukku benci saja, dirimu
Namun sulit ku membenciPejamkan mata bila
Ku ingin bernafas lega
Dalam anganku aku berada
Di satu persimpangan jalan yang
sulit ku pilih"Suara nya bagus"
Veranda menarik kedua sudut bibirnya keatas. Memang ia pun mengakui jika anak bungsunya itu memiliki bakat dalam bernyanyi.
"Akhir-akhir ini dia lebih sering diam dikamar dan bermain musik seperti itu"
Veranda menutup pintu kamar Gracia dengan perlahan agar anak bungsunya itu tak sadar jika sejak tadi sedang mereka perhatikan.
"Kenapa tiba-tiba kamu ingin melihat Gracia, Sheril?"
"Aku hanya sedang merindukan Shila"
Langkah kaki Veranda yang sedang menuruni tangga pun terhenti, ia menoleh pada Sheril yang kini tengah menunduk.
"Maaf" lanjut Sheril.
Ditariknya tangan Sheril dan menuntunnya menuju sofa ruang tengah.
"Sejujurnya aku tak ingin Gracia tau tentang semuanya" lirih Veranda.
"Kenapa kak?, justru seharuanya kita lebih menghawatirkan Shani"
"Aku hanya ingin anakku hidup tenang, itu saja"
Sheril memijat keningnya yang terasa berdenyut, ia paham kemana arah pembicaraan Veranda.
"Shila dan Shani itu saudara kembar, ikatan mereka terlalu kuat, dan sekarang dimata Shani, Gracia dan Shila itu sama" ucap Sheril yang terus mencoba meyakinkan Veranda.
"Itu yang aku takutkan, aku tau Shani seperti apa dan aku.."
"Shani gadis baik-baik dan dia tak akan pernah melukai Gracia"
Sorot mata Sheril menajam, tak peduli jika orang dihadapannya ini lebih tua daripadanya yang jelas Sheril cukup tersinggung dengan perkataan Veranda.
"Maaf tapi aku harap kamu bisa menjauhkan Shani dari Gracia"
Ya, itulah yang sejak tadi ditakuti Sheril, ia mengerti jika pada akhirnya Veranda akan meminta itu.
"Maksud mami apa?"
Langsung saja Veranda dan Sheril menoleh kearah suara itu.
Ternyata Shania dan dia kini tengah menatap penuh tanya pada keduanya."Aku tau Shani saat ini sangat membutuhkan Gracia Mi"
Sheril kembali menatap Veranda seakan membenarkan apa yang dikatakan Shania.
"Kakak ga tau apa-apa"
"Shania tau Mi, bahkan Shania tau si pendonor hati untuk Gracia itu Shila saudara kembar Shani, Shani mungkin bermasalah dengan masalalu nya tapi justru dengan mengasingkan Shani dari siapapun itu jauh lebih memperburuk keadaannya"
"Kamu ga akan ngerti perasaan Mami"
"Mami juga harus ngerti perasaan Shani"
"Kamu ga tau apa-apa, bahkan dia lebih ga punya perasaan saat nyaris membunuh saudara kembarnya!!" Veranda berbicara dengan penuh penekanan sedangkan Sheril sudah mengepalkan kedua tangannya, bukan ini yang diharapkannya sekarang.
"Shani ga mungkin seperti itu" Shania nyaris menangis, baginya Shani adalah sahabat terbaik dan dia yakin jika Shani tak seburuk apa yang dikatakan Veranda.
"Tapi kenyataannya dia memang seperti itu!"
"Cukup kak Ve!!"
Habis sudah kesabaran Sheril saat ini, ia berteriak cukup keras, tak peduli jika suaranya dapat terdengar oleh Gracia justru sepertinya itu yang ia harapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas
FanficHidup bagaikan pesawat kertas, terbang dan pergi membawa impian *** Ini bukan GxG atau pun Danso, ini cuman cerita yang terinspirasi dari persahabatan Shani dan Gracia