Shani terbangun dari tidurnya, kepalanya berdenyut hebat bahkan rasanya sangat berat hanya untuk sekedar menggerakan kepalanya.
"Hai sayang, sarapan dulu yuk, nih mama bawa bubur spesial buat kamu" Ucap Manda yang datang membawa nampan berisi makanan dan obat untuk Shani.
Manda terdiam sejenak saat melihat wajah putrinya itu, ia mengusap pelan mata kanan Shani yang terlihat lebih kecil dibandingkan dengan mata kirinya.
"Kepalanya sakit lagi?"
Shani mengangguk pelan.
Manda tersenyum tipis, sebetulnya hatinya terasa sakit saat melihat Shani seperti ini tapi ia tak ingin Shani terbebani jika ia tak terlihat kuat.
"Makan dulu, nanti minum obat setelah itu sakitnya pasti hilang"
"Simpan aja Ma, aku pasti makan tapi engga sekarang"
Manda menyimpan makanan Shani diatas nakas, iya mengusap lembut rambut anaknya itu.
"Selamat ulang tahun sayang"
"Ini hari ulang tahunku Ma?"
Manda mengangguk.
"Kamu lupa?" Tanya Manda
"Iya"
"Ya sudah, mama kedapur dulu ya, jangan lupa dimakan sarapannya"
Manda mengusap air mata yang sudah tak bisa dibendungnya lagi saat menutup pintu kamar Shani.
"Tante bagaimana keadaan Shani?"
"Belum ada perubahan Shan"
Shania terdiam, tangannya memegang erat sebuah kado yang akan ia berikan untuk Shani.
"Sebenarnya Shani kenapa Tante?" Tanya Shania.
Manda tersenyum lalu menuntun Shania menuju ruangan khusus tempat Shani mengerjakan hobinya membuat pesawat aeromodeling.
"Shani sangat mengagumi sosok ayahnya dan setiap kali dia merindukan ayahnya, pasti dia akan seharian di ruangan ini, membuat pesawat-pesawat kecil"
"Shani juga pandai menulis" ucap Shania.
Manda terdiam lalu menatap lekat kearah Shania.
"Shani tak punya hobi menulis"
"Tapi Shania tau kalau Shani suka menulis Tante, bahkan pembacanya udah lumayan banyak"
Tiba-tiba Manda meneteskan air matanya dan itu membuat Shania kebingungan.
"Tante kenapa?"
"Menulis itu hobi Shila, saudara kembarnya"
"Shani punya sodara kembar?"
Manda mengangguk.
"Kamu pasti belum pernah melihat Shila karena Shila banyak menghabiskan sisa hidupnya di rumah sakit, tiga hari setelah Shila meninggal kami harus terima kenyataan Ayah Shani yang meninggal karena kecelakaan pesawat"
Shania mulai berkaca-kaca, ia merasa jadi sahabat yang kejam saat ini, bisa-bisanya ia tak tau jika masalah hidup Shani sebesar ini.
"Tante masih bisa kuat menghadapi semuanya tapi engga buat Shani, Shani depresi dan trauma, setiap ingat Ayahnya dia selalu menangis histeris"
"Kenapa dia ga bilang kalau punya sodara kembar" gumam Shania. Suaranya sedikit berat karena menahan tangis.
"Depresinya membuat sebagian ingatan Shani hilang bahkan ingatan tentang adiknya, Apalagi sebelum Shila meninggal mereka berdua sempat bertengkar hebat bahkan Shani sama sekali tak menangis di hari pemakaman Shila berbeda saat Shani tau Ayahnya meninggal, sekarang yang dia ingat hanya semua hal tentang ayahnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas
FanfictionHidup bagaikan pesawat kertas, terbang dan pergi membawa impian *** Ini bukan GxG atau pun Danso, ini cuman cerita yang terinspirasi dari persahabatan Shani dan Gracia