"Pokoknya Kakak harus tembak Ci Shani!".
uhuk..
Minuman yang hendak mendarat di kerongkongan Gio terpaksa keluar lagi saat mendengar ucapan dari gadis yang pagi-pagi sekali sudah mengajaknya bertemu.
"Mati dong Gre bebeb gue nya"
Pletaak..
"Adaww.. kamu mukul ga kira-kira, sakit tau"
"Maksudku bukan itu, Kak Gio suka ga sih sebenernya sama Cici?"
Gracia merebut minuman kaleng yang sejak tadi berada di tangan Gio lalu meneguknya hingga habis tak bersisa.
Gio hanya bisa melongo melihatnya, namun detik berikutnya ia tersenyum melihat Gracia yang kini tengah cemberut dihadapannya."Kamu mau aku patah hati sebelum waktunya ya?"
Gio menghela nafas lelahnya, memang bukan yang pertama kalinya Gio tertarik dengan seorang gadis, tapi baginya menyukai Shani tak semudah yang ia bayangkan.
Shani sangatlah berbeda dari perempuan-perempuan yang selama ini dijumpainya."Emang Kak Gio rela kalau Ci Shani jadian sama si kakak ganteng??"
Gracia masih saja mencoba meyakinkan Gio, ia sangat berharap jika kakak kembar jadi-jadiannya ini bisa membuat Shani tak kesepian lagi.
"Arka itu baik, dia cocok untuk Shani"
Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Gio, entah apa yang dipikirkannya, yang pasti itu sangat membuat geram seorang Gracia.
"Tapi aku maunya dia sama kamu kak!!"
Gracia menjambak rambut Gio tanpa menghiraukan orang-orang disekitar taman yang kini memperhatikannya.
"Adaaw Gree, rambutku jangan dijambak"
"Ya Tuhan, kenapa ada lelaki payah di muka bumi ini"
Gio hanya mendengus kesal mendengarnya.
"Cici itu kesepian, hidupnya terlalu sunyi"
Gio terdiam, ia melirik wajah samping Gracia yang tengah serius menatap kedepan.
"Segitu pedulinya ya" gumam Gio.
Suasana menjadi hening, baik Gio ataupun Gracia sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing, namun detik berikutnya
mata Gracia tertuju pada seorang perempuan yang baru saja duduk di menghadap kearah danau."Kak..kak, itu Cici. Ayo kak samperin sana".
Gracia terus mendorong bahu Gio tapi Gio seolah enggan beranjak dari tempat duduknya.
"Ga bisa langsung aku deketin lah, kamu ga lihat dia lebih milih tempat yang sepi, itu tandanya dia lagi pengen sendiri"
"Alasan!!"
Gio meringis melihat wajah cemberut Gracia yang menggemaskan.
"Bukan alasan, tapi teori pdkt itu memang seperti itu"
"Orang dewasa ribet!!"
"Ya..ya..ya dan bocah ingusan sepertimu itu cuma mikir enaknya tanpa tau resiko nya seperti apa"
Gracia semakin dibuat sebal oleh Gio bahkan kini dengan santainya Gio bersandar di bangku taman dengan mata yang tak pernah lepas pandangannya dari seorang Shani.
"Kalau seandainya Shani sudah memilih lelaki lain bagaimana?"
Gracia menoleh, ia sedikit terkejut melihat wajah sendu Gio. Ia jadi berpikir, bagaimana bisa orang dewasa terlalu takut memulai sesuatu seperti lelaki dihapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas
FanficHidup bagaikan pesawat kertas, terbang dan pergi membawa impian *** Ini bukan GxG atau pun Danso, ini cuman cerita yang terinspirasi dari persahabatan Shani dan Gracia