Part 8; Hospital

25K 2.4K 1.7K
                                    

Dimi suka kentang nggak, ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimi suka kentang nggak, ya?

***

"Lo cuma makan salad?"

Shelna sontak mengurungkan niatnya untuk menyuap sesendok sayuran ke dalam mulut, ketika ia merotasikan bola mata. Sejenak, gadis itu menatap bengis sang lawan bicara. Lalu mengangkat dahinya—menunjukkan isi piring tersebut.

"Buta mata lo?" ucap Shelna sarkastik.

"Maksud gue, apa lo lagi diet?" tanya Dimi, merasa rakus melihat isi piringnya yang dipenuhi pasta. "Atau makanannya nggak enak? Gue bisa protes ke kokinya kalau lo nggak suka."

"Nggak perlu, gue cuma lagi nggak mood makan." Shelna menggeleng. Tapi diam-diam mengiyakan pertanyaan Dimi semula bahwa Shelna sekonyong-konyong mau menurunkan berat badannya setelah kejadian tadi malam.

Meski Dimi tidak memprotes banyak dan tetap menahan Shelna berbaring di atas tubuhnya. Namun, ia merasa harus memperhatikan berat badan mulai sekarang.

Sayangnya, jawaban Shelna malah membuat Dimi memberinya sorot khawatir. "Kenapa? Lo nggak enak badan? Gue panggilin dokter, ya?"

"Nggak usah."

"Atau kita ke rumah sakit? Gue panggil sopir kalau gitu."

"Nggak usah."

"Atau lo mau istirahat dulu—"

"KALAU GUE BILANG NGGAK, BERARTI NGGAK, DIM." Shelna meninggikan suaranya tanpa sadar. Sampai Dimi lantas merapatkan bibirnya saat banyak yang menatap heran ke arah mereka.

Sementara Shelna mencicit, menyadari bahwa ia berhasil menarik seluruh atensi pengunjung restoran. Barangkali bahasa yang Shelna lontarkan terdengar asing bagi mereka, maka atensi itulah yang menjadi poin tambah.

"Oke. Tapi gue nggak bakal suka kalau lo sengaja nyakitin tubuh lo sendiri dengan ngebatasi sarapan gini." Dimi mulai bersikap tak acuh, tak ada lagi sorot khawatir dan Shelna telah kehilangan itu.

"Sorry," ucap Shelna, berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba membeku. "Omong-omong, gue bukan bermaksud ikut campur, nih. Tapi kalau lo emang lagi ada masalah, lo bisa cerita ke gue—"

"Kenapa lo nanya gitu?" potong Dimi dengan satu alis terangkat.

"—mengingat semalam lo kobam."

"Apa tadi malam gue ngelakuin hal buruk ke lo?"

"Oh, itu—" Shelna tersenyum tipis. "—santai aja, lo cuma grepe-grepe gue, kok."

Mata Dimi membelalak. "Lo nggak serius 'kan?"

Serius. "Ya, nggaklah!"

Well, Shelna tidak mungkin 'kan mengungkap fakta bahwa ia tak bisa berhenti memikirkan ucapan lelaki itu semalam? Toh, jika Dimi enggan mengingat, lantas semuanya hanya jadi mimpi belaka.

A Secret Between Us ✓ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang