Part 31; Request To Leave

11.9K 1.3K 856
                                    

Jam berapa kalian baca ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam berapa kalian baca ini?

***

Membelah koridor rumah sakit oleh derap langkah yang menggema di tengah keheningan. Putih tapaknya lari sekuat yang gadis itu bisa, menghasilkan suara berisik dari pertemuan lantai dan pijakan kakinya. Sesekali Shelna hilang keseimbangan, bahkan nyaris terjatuh. Namun, dengan cepat pula ia kembali melenggang, membiarkan nyeri semakin mendera di bagian betisnya.

Beberapa menit yang lalu, tanpa aba-aba Shelna langsung mematikan sambungan mereka, setelah Arya memberi tahu rumah sakit—tepat di mana Dimi berada. Shelna yang tidak membutuhkan persetujuan dari Shinta terlebih dahulu, segera bergegas kemari dengan taksi online meski Shinta terus-menerus menahannya.

Tidak. Shelna tidak pernah setakut ini sebelumnya.

"Dimi pasti baik-baik aja," gumam Shelna. Berusaha meyakinkan diri sepanjang jalan, meski degup dalam rongga dadanya kian memburu tanpa sedikit pun mereda.

Begitu ia tiba di hadapan kamar rawat yang dimaksud oleh Arya, berkali-bali Shelna menelan ludah. Ia mendadak ragu, alih-alih mengetuk pintu, Shelna justru mengirim pesan pada Arya dan mengatakan jika ia sudah berada di depan kamar.

Selang dari itu, pintu kamar sekonyong-konyong terkuak. Sosok Arya muncul di balik pintu dengan tatapan penuh keprihatinan. Menilik Shelna seolah ada sesuatu yang tengah disembunyikan lelaki itu.

"Gimana keadaan Dimi sekarang?" Shelna menyambar. Tetapi, Arya justru menutup pintu kamar rapat-rapat.

Lelaki itu tampak meringis canggung. "Kayaknya dia ngebut selama perjalanan. Tapi syukurnya luka Dimi nggak cukup parah. Walau dia sempet pingsan sebelum dibawa ke rumah sakit. Kemungkinan karena shock."

Shelna menghela napas lega mendengarnya. "Dia udah sadar 'kan, Ya?"

Satu detik. Dua detik. Hingga di detik kelima, Arya baru mengangguk lemah. "Udah, tapi—"

"Kalau gitu, gue mau masuk," potong Shelna cepat. Tanpa persetujuan dari Arya, ia menggeser tubuhnya untuk menarik kenop pintu.

Secepat itu Shelna bergerak, secepat itu pula Arya menahannya. "Tunggu, Shel."

Shelna menghela napas berat. "Ya, gue harus ketemu Dimi."

"Lo nggak mau makan siang dulu gitu? Muka lo pucat banget, lo pasti belum sempat makan." Arya mengalihkan. Berharap Shelna akan berubah pikiran.

"Gue nggak lapar," dusta Shelna.

Lagi. Arya meringis. Kali ini seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lelaki itu masih menghalangi pintu kamar Dimi supaya Shelna tidak bisa masuk ke sana. Sedang, Shelna melirik malas ke arah Arya yang bersikap aneh. Tak butuh waktu lama lagi, gadis itu segera menerobos tubuh Arya hingga dada mereka saling bersentuhan—dan Shelna tak memedulikan hal tersebut.

A Secret Between Us ✓ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang