Part 29; He Loves You

12.6K 1.3K 790
                                    

Selamat hari Minggu!Walaupun hari Minggu di rumah aja, tapi jangan lupa mandi yaa😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat hari Minggu!
Walaupun hari Minggu di rumah aja, tapi jangan lupa mandi yaa😆

***

Selama lift membawanya naik, lelaki itu sudah berkali-kali menghela napas berat mengingat ponselnya yang kehabisan daya dengan nahas terjatuh—entah di mana, ia kehilangan benda pipih tersebut.

Menunggu cukup lama hingga pintu lift terbuka, Dimi memutuskan untuk melepas jaket kulitnya dan menyampirkan jaket itu di bahu. Sedangkan, sebelah tangan lelaki itu menyugar rambutnya yang sedikit lepek terkena keringat sepanjang ia mendiskusikan tantangan balap liar dari Dhito.

Dimi memutuskan kembali ke penthouse-nya terlebih dahulu sebelum pergi ke rumah Shelna untuk makan siang. Ia tidak mungkin mengenakan baju penuh keringat, sementara Shelna memiliki aroma lavender yang kian hari semakin membuatnya jatuh pada pesona gadis itu.

Namun, begitu lift terbuka, lelaki itu justru dikejutkan oleh kehadiran Remi yang tampak menunggunya di sofa ruang tamu—hal terakhir yang ingin Dimi temui hari ini. Mungkin Dimi masih sempat berbalik dan segera pergi dari sana jika Remi tak lebih dulu menyadari kehadirannya.

Pria dengan jas abu-abu itu berdeham di ujung sana, menurunkan korannya yang semula menghalau pandangan. "Dimi, ada yang ingin Papa bicarakan sama kamu."

"Nggak ada yang perlu Papa bicarakan sama aku. Aku udah cukup paham soal topik apa yang bakal Papa omongin nantinya." Dimi mendengus, tanpa sadar sudah memutarkan kedua bola matanya malas. Persetan dengan sopan santun.

Di tempatnya, wajah Remi mengeras—meski stok kesabaran yang ia miliki sudah tersimpan penuh. "Papa cuma mau mengobrol sebentar sama kamu, Dim."

"Lima belas menit, aku punya urusan yang lebih penting daripada obrolan Papa sekarang," putus Dimi final.

Lelaki itu memilih untuk mengambil sofa di hadapan Remi, seakan enggan kalau Dimi harus memposisikan diri tepat di samping satu-satunya pria-tua-sialan yang ia punya dan kini berhasil mencampur-adukkan akal sehatnya. Sementara, Remi tampak tersenyum kecut, paham bahwa anak sematawayangnya itu sedang memberi jarak di antara mereka.

"Sebelumnya Papa mau tanya." Remi Cakrawala menyimpan korannya di atas meja dengan sedikit ia lempar. "Kenapa kamu mengusir Alyssa dari apartemennya?"

"Alyssa cewek licik, Pa. Dia nggak pantas ada di Cakrawala kalau dia udah berani ganggu milik aku." Dimi menyandarkan punggung pada sandaran sofa, sebelum tangannya bergerak melempar jaket kulit—tepat memasuki ranjang pakaian kotor.

"Tapi Papa nggak membenarkan kamu buat mengusir Alyssa dari sana."

"Aku nggak ngusir Alyssa," jawab Dimi kesal. Ia mengangkat satu kakinya ke atas meja, memberi arti bahwa Dimi sudah sangat jengkel akan pembahasan ini.

A Secret Between Us ✓ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang