Part 27; The Lucky Girl?

13.5K 1.4K 911
                                    

Selamat hari Minggu! Kalian pada ngapain aja kalian hari ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat hari Minggu! Kalian pada ngapain aja kalian hari ini?

***

Seperti yang Dimi minta, Shelna sudah menunggu Dimi di halte sekolah sejak bel berbunyi lima belas menit lalu. Namun, waktu pulang Dimi mendadak tertahan karena ia memiliki jam tambahan di kelasnya. Jadi mau tak mau, Shelna terpaksa sedikit menetap lebih lama di sana daripada berkeras kepala untuk pulang sendiri atau Dimi akan nekat menyusul ke rumahnya.

Meski Shelna harus berada di tengah polutan yang menyebar di jalanan, ia mencoba mengabaikan jika sewaktu-waktu asap kendaraan dan debu-debu kota bisa saja merusak wajahnya. Shelna bukan tipe gadis yang tak acuh pada kondisi kulitnya, ia bahkan masih membutuhkan segala macam skincare agar kondisi wajah tetap terjaga.

Namun, rupanya tak hanya sampai di situ, ketika bunyi berisik dari raungan motor sekonyong-konyong terdengar mendekat. Dalam waktu singkat, Shelna menyadari seragam yang mereka gunakan adalah seragam yang sama dimiliki oleh SMA Senith—sekolah saingan yang dikabarkan seringkali mencari gara-gara dengan SMA Adi Widya.

Shelna pikir, mereka akan kembali membuat keributan di sekolahnya. Tetapi, segerombolan lelaki itu justru berhenti di depan halte—tempat Shelna duduk sekarang. Gadis itu bahkan nyaris terperanjat saat dua orang dari mereka turun dari motor dan melepas helm untuk menghampiri—tunggu, dirinya?

"Lo cewek Dimi 'kan?" tanya lelaki itu dengan tindik di telingannya.

Shelna tak merespon, ia hanya melirik lelaki itu sejenak sebelum mengalihkan pandangan ke arah lain. Sedang jari-jarinya bergerak menyelipkan rambut depan yang menghalau penglihatan.

"Woi! Jawab, budek!" Lelaki berambut hijau itu memukul tiang halte dengan kepala tangannya. "Budek beneran, ya, lo?!"

"Udah, deh, nggak usah sok jual mahal. Gue tau semua cewek Dimi itu murahan, nggak punya harga diri sama sekali," sambar lelaki bertindik itu. "Lo sekali ngangkang dibayar berapa sama dia?"

Diam-diam Shelna menggeram, merasa direndahkan begitu saja. Terlebih ketika kedua lelaki itu tampak tergelak dengan tatapan melecehkan. Namun, Shelna tidak yakin bisa membalas. Tidak. Dia tidak cukup kuat dibanding mereka.

"Bisu, ya, lo? Suara lo abis buat ngedesah? Hah?! Gue tanya di mana cowok lo yang bajingan itu?!" Lelaki berambut hijau itu menyentaknya, mencengkeram bahu Shelna dengan kencang. "Jawab, goblok! Jangan diam aja!"

Shelna masih diam, ia tidak mau membiarkan segerombolan lelaki itu berbuat macam-macam pada Dimi. Namun, ia pun takut. Takut jika sewaktu-waktu Shelna-lah yang akan dijadikan kambing hitam.

"Kalau lo nggak ngasih tau keberadaan Dimi sekarang juga, itu artinya lo mau kita mainin di sini!" hardik lelaki berambut hijau. Matanya terlihat berkilat marah, lantaran lelaki itu menghempaskan tubuh Shelna hingga membentur tiang halte. Sementara kedua tangannya tetap mencengkeram bahu Shelna.

A Secret Between Us ✓ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang