Part 24; May Our Dreams Come True

17.6K 1.5K 813
                                    

Selamat sore! Semoga hari ini rindu kalian terbayarkan yaa😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat sore! Semoga hari ini rindu kalian terbayarkan yaa😆

***

Tadi malam, Dimi sudah berjanji pada Shelna bahwa ia akan datang ke rumah gadis itu untuk menjemputnya tepat pukul setengah tujuh pagi. Namun, sayang sekali niat itu harus terurung ketika Dimi akhirnya memutuskan untuk memberi Shelna sedikit kejutan. Ia bahkan sudah datang ke rumah Shelna sejak setengah enam tadi dan masih berdiam diri di hadapan rumah mewah bergaya modern dengan cat putih tulang yang mendominan.

Melihat tak ada sedikit pun tanda kehidupan di dalam sana, insting Dimi mengatakan kalau gadis itu masih terlelap. Dimi pun tidak mungkin menerobos masuk lewat pintu utama mengingat Shelna pasti menguncinya. Jadi dengan bermodalkan nekat, Dimi bergerak memanjat pagar—setelah memastikan tidak ada orang lain yang akan melihatnya. Tak hanya itu, Dimi juga bergerak memanjat salah satu pohon besar yang ada di halaman rumah Shelna, sekaligus menjadi penghubung menuju kamar gadis itu.

Tidak mau membuang-buang waktu sebelum mendapat kemungkinan besar jika ia akan dicurigai sebagai maling oleh warga sekitar, Dimi langsung melompat ke balkon kamar tersebut dan membuka pintu balkon—yang rupanya tidak terkunci. Serta seperti yang Dimi tahu pula, Shelna tidak menyukai kegelapan, apa lagi dalam keadaan seorang diri. Jadi tidak heran saat gadis itu masih terlelap dengan keadaan terang serta menyorot tubuh Shelna yang terbaring miring di atas kasur.

Dimi tersenyum geli melihat bibir Shelna yang sedikit terbuka dalam tidur. Bahkan lelaki itu sampai melepaskan sepatu dan melemparnya sembarangan untuk berbaring di samping Shelna dengan wajah saling berhadapan agar ia bisa lebih leluasa mengamati wajah tenang Shelna.

Dan begitu Shelna merasakan ada pergerakan di sisi tubuhnya, gadis itu langsung mengernyit dan membuka mata dengan susah payah melawan kantuk yang masih menyerang.

"LO?!" pekik Shelna, menyadari Dimi yang sudah terbaring tanpa dosa di sampingnya.

"Morning, Princess." Dimi terkekeh menatap Shelna yang sudah menarik tubuhnya ke sisi kasur dan memelototi lelaki itu. "Enak banget, ya. Bangun tidur dikasih pemandangan indah."

"Pemandangan indah?" Shelna mengerutkan kening dengan sinis. "Muka lo yang nggak lebih cakep dari sapi, lo sebut pemandangan indah?"

"Seharusnya lo bersyukur, bangun-bangun masih bisa liat malaikat." Dimi menggerutu. Lagipula, masa Dimi dibandingkan dengan sapi? Zavier yang katanya jadi idola dedek-dedek gemes saja masih kalah kalau mereka disuruh memilih antara lelaki itu atau dirinya.

"Malaikat kematian, sih, iya," cibir Shelna, cuma bisa mendengus jengkel. "Gimana lo bisa masuk ke sini? Jangan bilang selain suka nguntit, lo juga punya kunci ganda rumah gue?"

"Lo pikir gue semengerikan itu?" seru Dimi tidak terima. "Gini-gini gue pernah jadi atlet panjat tebing waktu SD. Kalau soal manjat pohon, mah, anak kecil yang suka maling mangga juga bisa."

A Secret Between Us ✓ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang