Part 33; You Are A Monster

11.9K 1.3K 943
                                    

Selamat sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat sore.
Absen warna kesukaan kalian pakai semua emot yang warnanya sama yaa!
🥶👗🐳🐬🐋❄️💦💎💙

***

Dimi kembali bersekolah setelah dua minggu ia harus dirawat di rumah sakit. Selama itu pula, Shelna benar-benar membuktikan ucapannya untuk tidak menampakkan diri di hadapan Dimi sementara waktu. Ketiga temannya pun tidak lagi membahas soal gadis itu. Kehadiran Shelna seolah tak pernah ada. Di mana, hal tersebut justru membuat ketakutan yang Dimi rasakan semakin jelas.

Tadinya ia pikir, setelah Dimi berusaha memfokuskan diri pada soal-soal kimia yang Bu Monic todongkan, lelaki itu bisa melupakan segala hal tentang Shelna dari pikirannya dan menghilangkan rasa jenuh selama di rumah sakit meski hanya sejenak. Tapi nyatanya, seharian penuh ini, perasaan Dimi malah semakin kacau karena diam-diam mengkhawatirkan kondisi gadis itu.

Tatapannya terkesan lebih muram dan mendung. Hampir seluruh siswi Adi Widya yang melihatnya pun turut menyadari itu. Terlebih ketika ia tengah berjalan di tengah koridor seperti sekarang, lelaki itu bahkan tidak membalas sapaan-sapaan yang datang padanya.

"Dim, lemot banget, sih, jalannya! Dua minggu di rumah sakit masih belum cukup dapet belaian dari suster-suster bohai yang sengaja lo minta?!" Angga berdecak ketus. Namun, melihat wajah Dimi yang sedang tidak bersahabat, lelaki itu langsung mengatupkan bibirnya rapat seraya memutar bola mata.

"Duluan aja, nanti gue nyusul," pinta Dimi, tanpa sedikit saja melirik keberadaan Gilang dan Angga.

"Lo, tuh, bego tau nggak? Udah berapa kali gue bilang, kalau kerjaan lo cuma ngelembek terus kayak gini tanpa cari solusi, Shelna bakal—"

"Oke. Kita tunggu di tempat biasa," sergah Gilang cepat. Sumpah, sebelum Dimi makin murka, lebih baik Gilang menarik Angga agar segera melengos pergi menuju kantin.

Di mana kini, Dimi hanya berdiam seorang diri di pinggir lapangan basket outdoor begitu atensi lelaki itu tersita oleh sesuatu di ujung sana. Tepatnya pada dua sosok yang tengah asik bermain basket tanpa mengindahkan pandangan-pandangan orang lain.

Tidak. Tidak hanya mereka yang tertarik dengan permainan mereka berdua. Dimi pun turut menatap sosok itu dengan tatapan—tajam? Entahlah. Seharusnya ia tidak cemburu melihat Shelna yang tengah bermain basket bersama Arya.

Benar. Ia tidak mungkin cemburu pada jalang itu. Bukankah hal tersebut yang Dimi mau? Menjauh dan membuktikan bahwa Shelna tak lebih dari pelacur sialan yang telah merusak keluarganya.

Dimi tertawa sinis. Jenis tawa yang justru terdengar miris. "Dasar cewek murahan. Semua cowok lo embat juga."

Sementara di sisi lain, Shelna dibuat tergelak ketika Arya mengangkat tubuhnya—meminta Shelna untuk melakukan shooting meski gadis itu bisa melakukannya tanpa bantuan Arya.

A Secret Between Us ✓ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang