Part 35; Just Want Her To Be Happy

12K 1.4K 998
                                    

Yuhuu, absen dulu dong yang nunggu ASBU update!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuhuu, absen dulu dong yang nunggu ASBU update!

***

Cakrawala Club.

Tempat yang sudah tak asing lagi bagi Shelna untuk melampiaskan rasa. Dengan beberapa gelas alkohol yang telah ia habiskan, membuatnya merasa tidak peduli jika kaus putih polos dengan setelan celana jeans di tubuhnya yang—baiklah, mungkin tidak sesuai tempat, tapi Shelna benar-benar menggunakannya di sebuah kelab malam.

Beberapa menit yang lalu, ia sempat nekat menerobos hujan saat air turun dengan derasnya, sambil menahan rasa takut yang tiba-tiba datang. Maka tidak heran jika rambut Shelna tampak lepek dan kacau, dengan pakaian basah kuyup yang ia kenakan. Shelna tidak akan mengelak kalau orang-orang mengira bahwa ia adalah gelandangan gila yang tersesat di neraka.

Tidak. Ia tidak peduli. Bukankah ia pernah mengenakan pakaian yang lebih parah dari ini? Setelah onesie berbentuk unicorn dan piyama bergambar angry bird, setidaknya kaus putih polos dan celana jeans masih cukup baik dari itu.

Begitu ia melangkah masuk dan memesan beberapa gelas alkohol, untuk ribuan kalinya Shelna mendapatkan pertanyaan dari Bryan—sebuah pertanyaan yang tidak pernah berubah. Menyebalkan sekali.

"Masih nggak mau cerita sama gue?" tanya Bryan.

"Astaga, seharusnya lo cuti aja malam ini, deh, Yan. Lima belas menit pertama gue tenang banget sebelum lo datang," balas Shelna. Doi kelihatan mulai tepar.

"Gue juga maunya gitu, tapi ada sesuatu yang mengharuskan gue kerja sekarang." Bryan memutar bola matanya malas. "Jangan teler dulu, lo belum cerita."

"Gue nggak tau harus mulai cerita dari mana. Bahkan gue sendiri nggak tau apa yang salah dari hidup gue."

"Gue kerja di sini udah hampir dua tahun, Shel," ujar Bryan. Menopangkan tubuhnya dengan kedua tangan di meja. "Orang-orang kayak lo nggak cuma satu. Tapi orang yang serumit lo baru lo doang."

"Berarti gue istimewa."

"Nggak gitu juga." Bryan mendengus. "Gue nggak tau lo ada masalah hidup apa. Tapi lo memang selalu membawa masalah ke sini."

"Hidup itu berengsek, Yan," ucap Shelna, menyimpan kembali gelasnya yang telah kosong ke atas meja bar. "Tapi gue dipaksa untuk menikmati hidup. Bukannya itu berengsek?"

"Walau pekerjaan gue sebagai bertender, gue tetap nggak membenarkan lo buat selalu lari dari masalah kayak gini." Bryan mengambil kembali gelas kosong milik Shelna. Namun, sebelum beranjak, ia sempat mengatakan sesuatu pada gadis itu. "Apa yang lo harapin setelah berhasil kobam? Lo bakal bebas dari hidup lo yang berengsek itu? Nggak, Shel. Sebaiknya lo selesaiin dengan kepala dingin."

Shelna tergelak miris. Kepala dingin? Tentu saja ia bisa. Namun, tidak dengan Dimi. Sial. Ia berharap Dimi menemuinya di sini. Apakah ia salah? Shelna benar-benar tidak bisa memikirkan apa pun selain tentang lelaki itu.

A Secret Between Us ✓ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang