Part 2

15.7K 483 7
                                    

Saat itu aku berpikir bahwa Allah SWT sangat baik padaku. Aku yang bertubuh kurus, berkulit hitam dan berwajah pas-pasan tidak menyangka akan memiliki seorang pacar dan calon istri yang sangat cantik dan sangat sexy dan calon ayah dan ibu mertuaku sangat welcome padaku.

Selama hampir 4 bulan aku berpacaran dengan Mawarlina, pak Amir menyuruhku untuk cepat-cepat menikahi putrinya saat dia lulus kuliah S1 nanti. Saat mendengar hal tersebut aku sangat kaget sekaligus senang mendengarnya, bahwa bidadari duniaku aku menjadi milikku seutuhnya.

Tapi saat itu aku bertanya sama pak Amir, istrinya dan Mawar, apakah Mawar tidak ingin kerja dulu? Tetapi pak Amir dan istrinya bilang Mawar tidak perlu bekerja. Mawar cukup menjadi ibu rumah tangga saja. Menjadi seorang istri dan ibu yang baik saja buat aku dan anak-anak aku nanti. Mawar pun setuju dengan pendapat kedua orang tuanya.

Saat itu aku sangat senang sekali mendengarnya. Jujur saja impianku memang mempunyai istri yang tidak bekerja. Aku tidak suka mempunyai istri seorang wanita karier yang hanya sibuk dengan urusan pekerjaan tidak memperdulikan urusan rumah tangga dan keluarga.

Setelah pulang dari rumah orang tua Mawar aku langsung menelpon kedua orang tuaku dan minta izin menikah. Kedua orang tuaku dan kedua kakak-kakak dan adikku sangat senang mendengarnya.

2 Minggu Kemudian kedua orang tuaku datang ke Palembang untuk perkenalan keluarga dan bertemu dengan calon menantu mereka. 1 bulan kemudian aku dan Mawar menikah di gedung milik Pertamina. Semua keluargaku dari Bandung banyak yang datang dan memberikan pujian betapa geulis atau cantiknya istriku, betapa cantiknya bidadari duniaku.

Saat itu aku merasa sangat bahagia dan tersanyung. Aku dan Mawar pergi berbulan madu ke Bali selama 1 Minggu. Saat malam pertama aku sangat deg-degan karena aku akan merasakan surga dunia yang sebenarnya dan kehilangan keperjakaanku yang telah aku jaga selama 27 tahun.

Saat malam pertama aku seperti terhipnotis dengan kemolekkan tubuhnya. Dengan nafsu yang membara aku pun melakukan hubungan sex dengan istriku. Saat itu aku baru tahu ternyata istriku tidak lagi perawan. Begitu banyak pertanyaan dalam otakku dan rasa kecewa dalam hatiku mengapa saat itu tidak ada noda merah di atas sprei di ranjang pengantin kami.

Dengan sangat hati-hati aku bertanya padanya "Mawar apakah kamu sudah tidak perawan lagi?" Mawar pun dengan sangat santai menjawab "Apa keperawanan itu penting? Semua itu adalah masa lalu aku. Yang penting itu kita berdua sudah menikah, aku istri kamu dan kamu suami aku".

Saat itu aku pun menerimanya dengan lapang dada. Bagaimanapun dia sekarang adalah istri aku, pilihan hatiku. Aku sudah menikahinya di hadapan kedua orang tuaku, orang tuanya, keluargaku, keluarganya dan di hadapan Allah SWT.

Beberapa bulan kemudian istriku Mawar hamil anak pertama, aku sangat antusias sekali dan berharap anak pertamu kami adalah laki-laki. Aku pun sudah menyiapkan beberapa nama indah untuk anak laki-lakiku nanti.

Bidadari Dunia VS Bidadari Surga (1-42 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang