Part 16

5.4K 275 1
                                    

Aku sangat senang sekali setiap aku pulang kerja, aku melihat kedua putri-putriku sedang belajar dengan sangat serius bersama Annisa, Fahri dan Fahra. Bahkan Icha dan Acha sudah jarang bermain game di hp mereka masing-masing.

Mereka berdua lebih suka bermain, belajar dan bercengkrama dengan Annisa, Fahri dan Fahra. Kedua putri-putriku bukan lagi seperti pembantu dan anak majikan tetapi seperti ibu dan anak.

Sempat berpikir olehku seandainya saja Annisa itu adalah Istriku. Seandainya saja Annisa adalah ibu dari anak-anakku. Seandainya saja mereka berempat adalah putra dan putri kandungku. Seandainya saja mereka semua adalah anggota keluargaku. Hidupku pasti lebih bahagia. Tapi sayangnya istriku adalah Mawar sang bidadari dunia. Bukan Annisa sang bidadari surga.

Seandainya saja dulu aku menikah dengan pemikiran yang sama seperti Annisa, memilih pasangan hidup berdasarkan imannya bukan berdasarkan kecantikkan fisiknya. Tetapi penyesalan selalu datang terlambat. Aku pun harus bisa menerima segala konsekuensinya dan aku harus bisa membimbing istriku Mawar ke jalan yang benar dan jalan yang selalu di ridhoin oleh Allah SWT.
________________

Pi...
Sejak kapan anak-anak belajar sama Annisa? Kenapa mereka berdua tidak les sama guru privat dan guru mengaji yang sudah mami pilihkan?

Ucap istriku yang baru pulang dari luar negeri dengan marah-marah. Mawar sangat keberatan kalau Annisa yang mengajar kedua putri-putriku dalam pelajaran di sekolah dan mengaji.

Mereka berdua sudah lama mi, belajar sama Annisa. Mereka sendiri yang minta izin sama papi agar guru les mereka adalah Annisa. Mereka berdua merasa cocok dan nyaman belajar sama Annisa.

Kok gitu?
Apa sih Annisa yang guna-guna kamu dan anak-anak kita?

Astafirullahalazim, Mawar kamu jangan ngomong seperti itu. Bisa nggak sih kamu berpikiran positif dan tidak berburuk sangka pada orang lain?
Ucapku membentak istriku Mawar.

Kamu bentak aku, ndra? Kamu belain pembantu itu.

Ucap Mawar sambil menunjuk-nunjuk mukaku. Aku hanya diam dan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Aku pun mengusap-usap mukaku dengan kedua tanganku sendiri. Untung saja saat itu Annisa sedang tidak ada di rumah. Annisa sedang menemani kedua anak-anak nya sedang membeli buku tulis di toko terdekat.
 
Annisa bujuk apa sih sama anak-anak sehingga mereka berdua mau aja diajarin sama seorang pembantu? Bisa apa sih Annisa yang hanya lulusan SMU itu mengajar anak-anak kita?
Ucap istriku Mawar dengan nada mengejek, menghina dan meremehkan Annisa.

Mami nggak boleh buruk sangka gitu mi sama Annisa. Mami lihat dan perhatikan saja, apakah Annisa bisa dan layak untuk jadi guru les privat dan guru les mengaji kedua putri-putri kita.

Oke, kalau gitu mami hari ini ingin lihat apa pembantu itu bisa mengajar Matematika dan bahasa Inggris anak kelas 6 SD? Apa dia jauh lebih pintar dari guru les privat pilihan mami?   Mami juga ingin mendengar sebagus apa sih suaranya saat dia mengaji.
Ucap istriku Mawar dengan penuh percaya diri.

Bidadari Dunia VS Bidadari Surga (1-42 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang