Part 15

5.7K 287 2
                                    

Teteh Icha...
Teteh Acha...
Umi bilang kita berdua harus tanya dulu sama umi kalau ada yang kasih kita sesuatu.

Oh...
Ya udah cepatan, kalian berdua tanya sama umi kalian?

Iya teh...

Ucap Fahri dan Fahra. Fahri dan Fahra pun langsung ke dapur bertanya pada uminya. Tidak berapa lama kemudian Annisa, Fahri dan Fahra muncul.

Bik, Fahri sama Fahra boleh kan terima mainan ini dari kita berdua? Ini di beliin sama papi kemarin di pasar tradisional.

Ya Allah...
Teteh Icha, teteh Acha mainan ini benaran buat aak Fahri dan teteh Fahra?

Iya bik.

Alhamdullilah terima kasih banyak. Teteh Icha, teteh Acha, pak Indra dari kemarin kalian bertiga udah kasih banyak hadiah buat kita bertiga.
Ucap Annisa dengan mata berkaca-kaca.

Terima kasih ya teteh Icha...
Terima kasih ya teteh Acha...
Terima kasih ya pak Indra...
Ucap Fahri dan Fahra.

Sama-sama Annisa, aak Fahri, teteh Fahra...
Ucapku.

Sama-sama bik, papi bilang harganya nggak mahal kok.
Ucap Icha dan Acha.

Meskipun nggak mahal tapi kan di beli pakai uang teteh Icha, teteh Acha. Pak Indra, lain kali jangan belikan kita bertiga barang-barang atau mainan lagi ya? Saya dan anak-anak saya nggak mau menghabiskan uang pak Indra.

Iya Annisa.
Fahri...
Fahra...
Sekarang kalian berempat main sama-sama ya...

Tapi pak, anak-anak saya biar main berdua saja ya. Fahri dan Fahra kan cuma anak pembantu. Nanti kalau ibu tahu teteh Icha dan teteh Acha main sama anak pembantu, ibu pasti akan marah.

Nggak apa-apa kok Annisa mereka berempat main bersama-sama. Manusia itu derajatnya sama di mata Allah SWT yang membedakan hanya iman dan takwanya.

Akhirnya Annisa pun setuju. Kedua putri-putriku sekarang sering bermain, belajar bersama-sama dengan kedua putra dan putri Annisa. Annisa juga setiap hari mengajar kedua putri-putriku mengaji dan pelajaran di sekolah.

Aku juga tidak menyangka ternyata Annisa sangat pintar dalam hal pelajaran. Ternyata dulu sejak SD sampai lulus SMU, Annisa selalu dapat rangking pertama di sekolahnya. Bahkan dia selalu dapat beasiswa. Annisa sangat pandai dalam pelajaran Matematika dan bahasa Inggris.

Annisa bahkan sangat pandai dalam hal mengajar. Mungkin seandainya saja Annisa terlahir sebagai anak orang kaya seperti Istriku Mawar, saat ini dia sudah menjadi seorang guru di salah satu sekolah di Bandung bukan jadi seorang pembantu.

Kedua putri-putriku juga sangat nyaman belajar sama Annisa, mereka berdua pun tambah pintar. Bahkan sekarang mereka berdua tidak mau lagi belajar sama guru les privat dan guru les mengaji mereka. Mereka berdua hanya mau di ajari sama Annisa.

Aku pun tidak keberatan dengan keinginan kedua putri-putriku. Atas inisiatifku dan persetujuan kedua putri-putriku, aku memberikan gaji yang seharusnya untuk guru les privat dan guru mengaji mereka kepada Annisa. Awalnya Annisa menolak uang tersebut, dia ikhlas mengajar Icha dan Acha tanpa gaji tambahan. Tapi aku dan kedua putri-putriku bersikeras memberikannya.

Bidadari Dunia VS Bidadari Surga (1-42 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang