Part 17

5.3K 279 2
                                    

Hari itu pun untuk pertama kalinya istriku meluangkan waktunya hanya untuk mengawasi kedua putri-putriku belajar pelajaran di sekolah dan mengaji di rumah.

Saat itu istriku Mawar sangat kaget saat tahu bahwa Annisa bisa mengerjakan soal-soal Matematika yang sangat sulit dan bahkan dia sendiri tidak mengerti dan tidak bisa mengerjakan soal-soal Matematika tersebut meskipun itu pelajaran Matematika anak kelas 6 SD.

Istriku Mawar juga sangat terkejut saat mendengar Annisa fasih berbahasa Inggris. Suara Annisa mengaji pun membuat bulu kuduknya merinding. Akhirnya istriku setuju kalau Annisa mengajar kedua putri-putri kami baik pelajaran di sekolah maupun mengaji.

Hasil nilai UTS kedua putri-putriku meningkat drastis. Bahkan saat pembagian rapot bayangan semester genap, rangking kedua putri-putriku
meningkat. Icha dari rangking 5 naik ke rangking 2 dan Acha dari rangking 10 ke rangking 5.

Sedangkan Fahri dan Fahra tetap mendapat rangking pertama di kelasnya masing-masing. Mungkin kalau mereka berdua satu kelas, guru mereka bingung mana yang akan mendapatkan rangking pertama. Apakah Fahri atau Fahra?
_____________

Pi, katanya papi ingin punya anak laki-laki tapi kapan pi? Kita berdua setuju kok, kalau kita berdua punya adik lagi dan adik kita laki-laki.
Ucap Icha.

Iya pi, kita berdua kapan sih punya adik laki-laki? Papi pasti pengen dan tidak sabar lagi kan, selalu pergi dan pulang ke masjid bersama-sama anak laki-laki papi saat sholat Jumat?
Ucap Acha.

Iya sayang, papi memang pengen banget dan tidak sabar lagi punya anak laki-laki. Apalagi nanti papi bisa selalu pergi dan pulang ke masjid  bersama-sama saat sholat Jumat. Tapi mami tidak setuju, mami nggak mau punya anak lagi. Jadi papi nggak bisa mewujudkan keinginan papi.
Ucapku sedih sambil mengusap-usap wajahku dengan kedua tanganku sendiri.

Papi sabar ya pi, nanti teteh Icha dan teteh Acha yang minta adik laki-laki sama mami.
Iya pi, nanti kita berdua rayu-rayu mami deh, pasti berhasil.
Ucap kedua putri-putriku menguatkanku.

Terima kasih ya sayang.

Ucapku kepada kedua putri-putriku sambil membelai-belai rambut mereka berdua, memeluk dan mencium kening mereka berdua satu persatu. Dari kejauhan aku melihat Fahri dan Fahra meneteskan air mata. Aku dan kedua putri-putriku mendengar semua pembicaraan Fahri dan Fahra.

Aak, teteh kangen sama abi...
Aak juga kangen sama abi, teteh...

Ucap Fahri dan Fahra. Mereka berdua pun berpelukkan sambil meneteskan air mata. Aku dan kedua putri-putriku sangat terharu melihat dan mendengar ucapan dan perbuatan Fahri dan Fahra.

Pi...
Kasihan ya mereka berdua...
Iya pi, gara-gara melihat kita bertiga berpelukkan dan gara-gara papi mencium kening kita berdua, mereka berdua jadi kangen sama almarhum abinya.
Ucap kedua putri-putriku berempati.

Teteh Icha...
Teteh Acha...
Boleh nggak papi peluk dan cium kening mereka berdua satu persatu...
Ucapku kepada kedua putri-putriku.

Boleh pi...
Ucap Icha.

Yakin?

Yakin pi.
Ucap Acha.

Kalian berdua nggak akan cemburu sama papi?

Nggak pi.
Ucap Icha dan Acha bersamaan.

Bidadari Dunia VS Bidadari Surga (1-42 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang