Part 33

2.3K 110 0
                                    

Malam harinya aku, istriku Annisa dan keempat anak-anak kami tidur di dalam kamar yang sama. Memang terasa sempit karena kamar pengantin di rumah orang tua Annisa sedikit kecil dan tidak ada kamar yang lain, karena sudah di isi oleh keluarga kami yang lain.

Tapi tidak apa-apa, karena semua ini akan menjadi kenang-kenangan indah saat kami berdua tua nanti karena mungkin hanya pernikahan kami berdua malam pertamanya di kamar pengantin bukan ada kami berdua tapi berenam. Aku dan Annisa juga tidur di lantai beralaskan tikar karena ranjang pengantin kami berdua ada keempat anak-anak kami tidur di atas ranjang pengantin tersebut.

Pagi kang...
Ucap Annisa yang baru bangun tidur dengan posisi berbaring menghadap diriku.

Pagi neng, gimana tidurnya nyenyak nggak?
Ucapku menatap wajah ayu istriku Annisa yang baru bangun tidur.

Alhamdullilah kang, meskipun tidur beralaskan tikar. Eneng juga kan udah biasa hidup susah. Akang gimana, semalam akang tidur nggak? Nyenyak nggak? Atau jangan-jangan semalam akang nggak bisa tidur ya, karena tidur hanya beralaskan tikar.

Semalam akang tidur neng, meskipun semalam akang tidurnya larut malam.

Maaf atuh kang, gara-gara rumah eneng akan semalam sulit tidur. Rumah eneng memang begini nggak ada kasur tambahan, ranjang atau pun kamar kosong. Kamar di rumah orang tua eneng kan cuma ada 3.

Akang nggak bisa tidur bukan karena rumah kamu sayang. Akang nggak bisa tidur karena ada bidadari surga yang cantik dan ayu di samping akang. Semalam jantung akang deg-degan terus lihat wajah cantik kamu.
Ucapku sambil membelai-belai rambut istriku Annisa.

Kang Indra bisa aja pagi-pagi buta gini udah ngegombalin eneng.

Ucap Annisa senyum-senyum dan malu-malu dengan pipi yang Merah merona. Aku pun hanya tersenyum melihatnya.

Cie...cie...abi pagi-pagi udah gombalin umi.
Cie...cie...umi sama abi pagi-pagi udah pacaran.
Cie...cie...umi sama abi mesra banget.
Cie...cie...pipi umi Merah tuh...

Ucap keempat anak-anak kami yang ternyata sudah bangun tidur dan bertopang dagu sambil berbaring di atas ranjang pengantin. Aku dan Annisa cepat-cepat bangun dan hanya bisa tersenyum dengan semua ucapan mereka berempat.

Ayo umi, anak-anak kita semua sholat Shubuh dulu.

Iya kang.
Iya abi.

Ucap istriku Annisa dan keempat anak-anak kami. Kami semua pun bergantian mengambil air wudhu setelah itu kami sholat berjamaah. Setelah itu kami mandi, sarapan, berdandan, bersiap-siap untuk acara resepsi pernikahanku dan Annisa.

Aku dan Annisa memakai baju pengantin dan kempat anak-anak kami memakai baju seragam yang sama berwarna Biru.

Bidadari Dunia VS Bidadari Surga (1-42 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang