Part 35

6.6K 296 1
                                    

Umi, teteh Icha di rumah aja ya. Teteh Icha nggak usah ikut shopping. Teteh Icha nggak pengen apa-apa kok.

Umi, teteh Acha juga di rumah oma opa aja. Teteh Acha nggak mau ikut shopping, teteh Acha juga nggak mau beli apa-apa kok.

E...neng mau shopping apa hari ini dari pagi sampai malam? Baju? Sepatu? Tas? Atau yang lainnya?
Ucapku gugup dan hati-hati.

Eneng mau beli semuanya kang. Boleh ya, gaji 2 bulan akang eneng habiskan dalam 1 hari. Nanti eneng sisain 5% buat keperluan kita semua selama 1 bulan.

Semuanya?
1 hari?
5%?
Ucapku, mama dan papaku terkejut.

Iya kang, ma, pa...

Ka...mu nggak salah neng?
5% dari 80 juta itu 4 juta neng.

Nggak kang, eneng nggak salah. Eneng tahu kok 4 juta. 4 juta cukup kok untuk keperluan kita berenam selama 1 bulan. Jadi 75 juta nya buat shopping hari ini.

Ya Allah...
Astafirullahalazim...

Ucapku, mama, papa, Icha dan Acha terkejut. Ternyata bukan hanya aku yang syok dan trauma dengan kata-kata shopping.

Kalian berlima kenapa kaget gitu? Eneng nggak boleh ya beli motor matik buat akang. Akang kan perlu motor untuk pergi kerja dan nganter eneng ke pasar tiap Minggu. Eneng juga mau beli sepeda baru buat teteh Icha. Sekolah teteh Icha kan jauh dari rumah, beda sama sekolah teteh Acha, teteh Fahra dan aak Fahri. Nanti teteh Icha pergi ke sekolahnya pakai sepeda aja.

Eneng juga mau beli seragam sekolah dan peralatan sekolah untuk anak-anak, spring bed buat kita dan anak-anak, kipas angin, kursi tamu, televisi, lemari baju, setrika baju, lemari es, meja makan, peralatan dapur, sembako dan lain-lain.
Ucap istriku Annisa sedih.

Apa?

Ucap kami berlima kaget. Kami berlima tidak menyangka ternyata shopping yang di maksud istriku Annisa bukan menghambur-hambur kan uang seperti mantan istriku Mawarlina tapi untuk keperluan dan isi rumah tangga kami yang memang kosong tidak ada apapun. Aku tidak menyangka meskipun umurnya 8 tahun lebih muda dari umur mantan istriku Mawarlina tetapi pemikiran nya jauh lebih dewasa dan lebih bijak. Istriku Annisa benar-benar bidadari surga.

Iya sayang boleh, kita siap-siap berangkat sekarang juga.

Iya umi, teteh Icha juga mau ikut.

Teteh Acha juga mau ikut umi.

Kalau gitu mama juga mau ikut, mama tahu semua tempat-tempat yang bagus dan murah nanti mama bantuin kalian buat pilih-pilih.

Kalau gitu papa di rumah aja ya, nanti kalian telepon aja kalau semua barang-barang yang kalian beli dan sampai di rumah baru kalian, nanti papa langsung ke rumah baru kalian dan menerimnya.

Terima kasih ya pa.
Ucapku dan istriku Annisa.

Asyik, kita jalan-jalan lagi pakai mobil lagi.

Ucap Fahri dan Fahra dengan sangat senang. Kami semua pun bersiap-siap, pergi, mengecek harga barang dengan toko yang satu dengan toko yang lain, menawarnya dan membeli semua barang-barang tadi sampai kami semua kelelahan. Kami hanya berisirahat makan siang, sholat Dzuhur dan sholat Ashar.

Bidadari Dunia VS Bidadari Surga (1-42 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang