3 - BENANG KUSUT

20.1K 1.1K 12
                                    

"Saya ingin menjelaskan mengenai beberapa tayangan prime time yang PTV miliki. Tayangan ini termasuk beberapa acara talkshow yang ratingnya selalu bagus dengan share yang konsisten. Dengan beriklan pada waktu-waktu prime time, maka produk Bapak dan Ibu dapat dikenalkan dengan baik pada pasar kami yang sasarannya adalah..."

Maara terdiam memperhatikan presentasi tersebut. Lama kelamaan dia tersenyum seiring Putra terus menjelaskan mengenai keuntungan beriklan di PTV pada beberapa orang klien. Mereka sedang meeting dan Maara juga sedang bersiap meeting mengenai penilaian akhir tahun. Ruang meeting mereka yang bersebelahan membuat Maara bisa mendengar penjelasan Putra dan sedikit demi sedikit terkagum akan bagaimana cara Putra menjelaskan tanpa terkesan memaksa. Beruntunglah bahwa meeting yang akan Maara jalani mengalami keterlambatan sehingga dia bisa mendengar presentasi Putra dengan lebih fokus.

Ketika akhirnya meeting yang dijalani oleh Maara selesai, ia adalah orang terakhir yang keluar dari ruang meeting sembari membawa beberapa barang termasuk laptop dan berbagai catatan. Begitu keluar dari ruang meeting, rupanya di sebelah pun Putra baru saja keluar. Ia membawa sebuah map di tangan kiri dan ponselnya di tangan kanan.

"Apa?" adalah kata-kata Putra setiap mendapati orang sedang menatapnya. Dulu Maara selalu kesal ditanya seperti itu karena Putra terkesan sombong dan tidak suka ditatap. Sekarang, Maara sudah paham bahwa itu adalah cara Putra untuk berkomunikasi.

"Nice presentation back then," Maara mengedik, tersenyum tipis.

"Oh. Thanks," Putra mengangguk. Saat dilihatnya Maara dengan banyak barang bawaan, ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. "Kemana?"

"Ke 31," jawab Maara. Bingung saat melihat Putra tiba-tiba menarik laptop dari tangan Maara dan memegangnya dengan hati-hati. "Ngapain?"

"Ke 31 kan?" Putra malah balas bertanya. Ia pun melenggang lebih dulu meninggalkan Maara.

Sejak saat itulah, Maara siap untuk membuka hati yang sudah hampir dua tahun tertutup rapat.

***

"Kesel banget deh tadi. Harusnya kalau emang aku salah, ya caranya gak gitu dong," begitu datang, Maara langsung mengutarakan kekesalannya. Duduk di kursi baso dengan wajah cemberut dan bibir monyong.

"Nih," Putra menyodorkan segelas air jeruk yang langsung disambar oleh Maara dan diminum sampai habis.

"Jadi tadi tuh ya kan aku..."

"Mau nasi goreng apa ayam?" potong Putra.

"Hah?"

"Mau makan nasi goreng apa ayam penyet?" tanya Putra lagi.

"Aku kan mau curhat, bukan mau makan," Maara menjerit.

"Mas!" Putra berteriak. "Ayam penyet satu!"

"Aku belom milih, tauk," kata Maara kesal.

Putra mengangkat bahu lalu menyalakan rokok. Setelah menghirup rokoknya, ia menyimpan rokok di sisi lain posisi Maara lalu menatap perempuan yang sedang marah-marah ini.

"Jadi tadi itu aku salah paham. Aku pikir maksudnya Mas Seno tuh datanya diolah lalu langsung kirim ke klien. Ternyata maksudnya dia itu datanya diolah, kirim ke klien tapi satu, sa-tu orang klien aja. Yang biasa kerjasama bareng kita. Pas aku selesai kirim email, langsung dong dia marah-marah. Kamu tahu kan tempat duduknya Mas Seno di ujung mana dan aku di ujung mana. Seisi Human Capital dan Programming bisa denger kali aku dimarahin," Maara menggemeretakkan giginya dan mendengus berkali-kali.

Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang