Saat ini Hansa merasa sebagai laki-laki paling brengsek sedunia. Menjadi seorang laki-laki yang tidak pernah diajarkan oleh almarhum Bapak. Laki-laki yang jika ibunya tahu apa yang ia lakukan, pasti membuat beliau sedih. Belum lagi ayahnya, beliau pasti marah melihat anak sulungnya bukannya melakukan hal yang benar sebagai kepala keluarga, malah bersikap seperti pengecut.
Hansa menyadari dengan jelas bahwa ia masih menyukai Nitya dan ia masih berminat untuk mengejar Nitya. Hansa juga tahu bahwa Nitya semakin dekat dengan Zul dan bahkan berita mengenai hubungan mereka merambat sedikit demi sedikit. Zul bahkan juga sudah sadar bahwa Hansa kesal padanya karena Zul dekat dengan perempuan yang disukai Hansa. Jadilah hubungan antara Hansa dengan Zul tidak seharmonis sebelumnya.
Strategi klasik yang Hansa pikirkan untuk dapat meraih hati Nitya lagi adalah dengan memanfaatkan apa yang diberikan oleh Nitya kepadanya. Maara. Hansa akan membuat Nitya super cemburu dengan mendekati Maara. Sehingga nanti Nitya bisa menyadari bahwa sebenarnya ia masih menyukai Hansa seperti dulu. Bukannya Zul yang baru dekat dengannya beberapa waktu lalu.
Inilah yang membuat Hansa merasa dirinya sebagai laki-laki brengsek. Bapak pasti tidak setuju mengenai keputusan Hansa untuk meraih hati wanita dengan memanfaatkan wanita lainnya. Begitu pula dengan Ibu. Ia tidak setuju jika menyakiti hati wanita lain dihalalkan hanya demi mendapatkan kembali seseorang yang sudah meninggalkan Hansa.
Itu kalau Maara tahu bahwa ia dimanfaatkan. Selama Maara tidak tahu kenyataannya, Hansa akan baik-baik saja. Maara juga akan baik-baik saja. Semua akan aman.
"Mas Hansa," panggil Maara untuk kesekian kalinya
"Eh, iya?" Hansa menggeleng untuk mengembalikan pikirannya ke bumi.
"Aku tadi sedang cerita soal buku barunya Dan Brown. Mas Hansa suka baca juga kan?" Maara berkata sambal tersenyum.
"Iya, iya. Aku suka baca juga. Kamu beli bukunya? Origin kan?" Hansa menatap Maara dekat-dekat. Katanya ini termasuk cara ampuh untuk membuat wanita yakin bahwa laki-laki tertarik padanya.
"Belum. Aku beli kalau sudah dijual di toko buku saja. Kalau pre order sih sudah dibuka sejak lama ya. Mas Hansa beli?"
"Iya. Aku ikut pre ordernya," Hansa meraih tangan Maara karena saat ini mereka akan menyebrang jalan. Menuju salah satu restoran fast food dekat kantor mereka.
"Wah seru ya. Kapan dateng bukunya?"
"Kapan ya? Aku belum cek lagi. Biarlah nanti tiba-tiba muncul aja," Hansa kembali melepaskan pegangannya pada tangan Maara setelah mereka sampai dengan aman di seberang.
"Gitu. Oh iya, aku takut lupa," Maara tampak merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu. "Ini ada sedikit oleh-oleh coklat buat Mas Hansa,"
"Wah gak usah repot-repot, Mar." Hansa menerima coklat itu dan melihat isinya yang cukup banyak. Bagaimana bisa Maara menyembunyikan barang sebanyak ini di sakunya?
"Gak repot kok. Ini sebenernya dari kakakku yang baru pulang dari Malaysia. Karena banyak banget, aku bawa aja sebagian. Semoga Mas Hansa suka ya," Maara tersenyum manis.
"Terima kasih banyak, Mar," Hansa balas tersenyum. "Ngomong-ngomong, kamu mau pesan apa?"
***
"Aku masih ada kerjaan tapi aku bisa antar kamu sampai ke bawah," usul Hansa pada suatu malam saat Maara menghampirinya untuk berpamitan.
"Eh?" Maara terkejut. Tadi ia hanya bermaksud mengucapkan pulang lebih dulu sekaligus mengembalikan jaket Hansa yang tadi ia pinjam saat mereka kehujanan sepulang makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)
RomanceIni bukan cerita perselingkuhan. Meski mungkin lama kelamaan kamu akan merasa ada yang tidak benar di hubungan orang-orang ini. Ini juga bukan cerita sedih. Meski mungkin ada beberapa kejadian yang membuat kamu akan ikut merasa sedih. Ini cerita bia...