5 - KEKESALAN MAARA

12K 1K 24
                                    


Maara menunggu supir ojek online yang akan mengantarnya ke kantor Senin pagi ini. Sembari menunggu, ia membuka Instagram dan melihat foto-foto random apa yang dipilihkan Instagram pada menu Explore. Foto-foto bagus dan unik dari entah siapa sering kali membuat Maara senang dan tersenyum karena menunjukkan masih banyak hal positif di dunia ini.

Belum lama ia melihat beberapa foto, tiba-tiba Maara menemukan sebuah foto dengan filter hitam putih. Maara mengklik foto itu dan rupanya foto itu menunjukkan penampilan dari sebuah band. Vokalis band tersebut tidak lain tidak bukan adalah Putra Pradipta. Dengan caption tertanggal hari Sabtu alias dua hari lalu.

"Tuh kan bener!" Maara menghentakkan kaki.

"Eh, apanya yang bener, Mba?"

Maara mendongak, ternyata supir ojek online sudah tiba.

"Bener kalau dia itu rese minta ampun!"

***

'Mar, mau Starbucks gak?'

Maara melihat chat yang dikirimkan Putra melalui menu notifikasi. Tanpa membalas, Maara melengos dan memilih mengerjakan tugasnya.

'Ditraktir Rizky' lanjut Putra lagi.

"Bodo amat!" seru Maara pada layar ponselnya.

"Kok marahin HP?"

Maara mendongak, melihat Nitya sedang mengernyit menatapnya.

"Bukan. Marahin orang," Maara membalikkan layar ponselnya menghadap ke bawah lalu menatap Nitya. "Ada apa, Say?"

"Nothing. Aku dateng kecepetan dan belum mau kerja," Nitya nyengir.

"Oh ya ampun. Mau ngopi dulu gak? Aku punya kopi sachet nih," Maara membuka laci mejanya dan mengulurkan dua bungkus kopi instan dengan rasa berbeda.

"Yang itu boleh deh," Nitya menunjuk Nescafe Green Coffee.

Maara mengeluarkan satu sachet untuk Nitya dan ia sendiri memilih White Coffee untuk dinikmati pagi ini.

"Sini aku yang bikin," Nitya mengambil dua sachet kopi instan tersebut dan langsung menghampiri dispenser.

"Eh gak usah," ujar Maara, merasa tak enak.

"Udah, selow," Nitya mengangkat tangannya.

Maara nyengir dan refleks meraih ponselnya. Rupanya ada 1 missed call dari Putra. Maara masih merasa kesal karena Putra tidak mau jujur padanya. Lagipula apa salahnya sih bilang bahwa ia akan tampil dalam sebuah acara? Maara memutuskan untuk menon-aktifkan nada dering ponselnya pagi ini.

"Nih, Mar," Nitya sudah kembali dan mengulurkan satu cangkir kopi kepadanya.

"Thanks ya Nit," ucap Maara sungguh-sungguh.

"Aku kali yang makasih," Nitya menyeruput kopinya dengan mata terpejam. Menikmati rasa kopi mengalir menuju tenggorokannya.

"Lagi gak sibuk ya?" Maara membuka pembicaraan.

"Dibilang sibuk, nggak. Dibilang gak sibuk juga nggak. Gimana ya," Nitya tertawa. "Ada dealing buat dua program baru yang mau kita akuisisi. Ada juga satu evaluasi soal program yang tayang kemarin. Belum lagi persiapan buat presentasi di Rapat Kerja akhir tahun. Sementara orang yang ngerjain Cuma empat."

"Tough work to be done, right," Maara mengangguk.

"Iya makanya jadi mau agak nyantai dulu. Nanti malem pasti lembur," Nitya mengangkat bahu.

"Sama nih, kayaknya aku juga," Maara membuka Outlook dan melihat ada 10 email masuk yang belum ia baca.

"Ngomong-ngomong, Mar, how is your love life?"

Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang