Mohon maaf kepada pembaca karena seharusnya update chapter baru adalah Sabtu kemarin. Tapi karena saya sedang menikmati liburan tanpa internet, jadi tertunda sampai saat ini.
Selamat menikmati chapter baru ya! Ditunggu banget lho vote dan komentarnya ;)
***
"YOU KIDDING ME?" Sakina berteriak begitu keras sampai-sampai Maara harus menutup mulut Sakina.
"Ssst ssst. Jangan berisik!" Maara mendesis.
Sakina menepuk-nepuk tangan Maara agar melepaskan tangan Maara dari mulutnya.
"Seriusan?" Sakina ikut berbisik. "Mas Hansa cium lo?"
Maara mengangguk. Pipinya masih merona merah kala mengingat apa yang terjadi tadi malam.
***
Setelah mampu menguasai kekagetannya, Maara membalas ciuman Hansa. Mereka menghabiskan beberapa detik sebelum Hansa melepaskan ciumannya. Maara menatap Hansa dengan tatapan penuh pertanyaan sekaligus wajah yang malu karena tidak percaya dengan apa yang baru dialaminya ini.
"Bagaimana...perasaanmu?" Hansa bertanya. Ia tampak mengatur nafas dengan susah payah. Tampaknya jantungnya pun berdebar seperti yang dirasakan Maara.
"Aku kaget..."
"Maaf," ujar Hansa.
"Mas Hansa gak perlu minta maaf. Aku baik-baik saja. Aku... Aku..."
"Kita jalani dulu semuanya, Mar. Kita lihat ke depannya akan seperti apa," Hansa berucap, mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Maara.
"Eh?"
"Kamu keberatan?"
"Nggak. Nggak. Semua oke-oke saja," Maara mengangguk.
"Baiklah. Aku pulang dulu ya," Hansa mendekatkan diri dan mencium kening Maara. Setelah itu dia menaiki motor dan mengenakan helm. Bunyi motornya memecah keheningan malam.
***
"Tapi kalian gak jadian?" Sakina mengernyit.
"Nggak. Belum mungkin. Gak tahu," Maara menggeleng. "Mas Hansa Cuma bilang jalani aja dulu. Jadi ya aku pikir begitu saja."
"Terus kamu puas dengan kondisi kayak gini?" Sakina masih tidak percaya dan merasa ada yang aneh.
"Aku harus gimana lagi Kin? Aku mau maksa dia buat jadi pacarku? Kalau dia belum siap gimana? I guess this is the best I can get for now," Maara menunduk, menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri.
"Aku cuma berharap kamu gak sakit hati," Sakina menepuk kepala Maara.
"Ya. This is the last, Kin," Maara menatap cermin.
"Maksudnya?"
"Aku mau mencoba dengan Mas Hansa adalah terakhir kalinya aku mencari laki-laki lebih dulu. Kalau dengan dia tidak berhasil, biar laki-laki lain yang menemukan aku," Maara melihat pantulan wajahnya dalam cermin dengan tekad yang begitu kuat.
"Tekad yang nekad ya, Mar. Semoga lancar semuanya," Sakina memeluk Maara, menunjukkan dukungannya.
***
"Tumben lo gabung makan lagi sama kita," ucap Rizky saat melihat Maara dan Sakina bergabung di warung tenda langganan mereka.
"Kangen kaliiii," kata Maara lalu memeluk teman-temannya satu per satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)
RomanceIni bukan cerita perselingkuhan. Meski mungkin lama kelamaan kamu akan merasa ada yang tidak benar di hubungan orang-orang ini. Ini juga bukan cerita sedih. Meski mungkin ada beberapa kejadian yang membuat kamu akan ikut merasa sedih. Ini cerita bia...