9 - HANSA YANG RISAU

9.5K 870 11
                                    

Hansa menikmati segelas Caramel Macchiato Hot meskipun saat ini sudah siang dan belum cukup sore untuk waktu minum kopi. Tapi otaknya perlu penyegaran padahal ia tidak tahu apa alasan yang membuat otaknya terasa begitu penuh. Ia datang ke kantor seperti biasa, menyelesaikan urusan pekerjaannya seperti biasa pula, menjawab permintaan orang-orang seperti biasa, dan makan siang seperti biasa. Tetap saja, ada yang aneh dalam pikirannya saat ini. Maka dari itu ia memutuskan untuk mengunjungi Starbucks di lantai dasar gedung kantornya dan menikmati minuman favoritnya.

Meminum kopi ditemani dengan beberapa batang rokok. Sengaja ia simpan ponselnya ke dalam saku agar tidak ada yang bisa mengganggunya setidaknya dalam satu jam ke depan. Biarkan ia berpikir tentang hal entah apa yang membuatnya risau. Biarkan pula ia memperhatikan orang-orang yang datang ke salah satu kedai kopi paling terkenal di dunia.

"Boleh pinjem lighter, Mas?"

Hansa menoleh untuk melihat apakah orang tersebut bicara padanya. Ketika orang tersebut memang menatapnya, Hansa mengangguk.

"Silakan," Hansa mengulurkan lighter miliknya dan langsung dipakai oleh orang itu untuk menyalakan rokok. Diam-diam Hansa memperhatikan name tag yang tertera di seragam orang itu.

Putra Pradipta.

"Thank you, Mas. Keberatan saya duduk di sini?" Putra menyerahkan lighter kembali kepada Hansa dan menunjuk kursi kosong di sampingnya.

"Silakan,"

Mereka berdua duduk berdampingan tanpa bicara apa-apa. Masing-masing sibuk dengan rokok dan kopinya. Berbeda dengan Hansa, Putra mengeluarkan ponsel begitu duduk dengan nyaman. Hansa teringat bahwa beberapa saat lalu ia menguping pembicaraan antara orang ini dengan temannya di lift. Temannya mengatakan bahwa Maara menyukai orang ini. Tapi ternyata kenyataannya Maara seperti didekatkan padanya oleh Nitya.

Hansa berusaha mengalihkan perhatian dari pikiran tentang Putra dan Maara. Maara, tepatnya, termasuk salah satu hal yang merasuki pikirannya. Semua gara-gara makan malam yang direncanakan oleh Nitya kemarin. Berusaha keras, Hansa tidak mau menganggap Maara lebih dari sekedar kenalan barunya. Ia masih ingin berusaha untuk Nitya. Tidak dipungkiri bahwa Maara termasuk orang yang menyenangkan. Sebatas itu.

Rokok pertamanya habis. Hansa menunduk untuk menyalakan rokok lainnya. Saat itu tanpa sengaja tatapannya jatuh kepada layar ponsel Putra yang sedang menyala. Menampilkan foto Maara. Hansa tersentak namun ia berusaha bersikap senormal mungkin. Sepersekian detik kemudian Putra mengembalikan layar ke aplikasi WhatsApp dan mengetikkan sesuatu kepada Maara.

***

Starbucks.

Putra mengetikkan kata tersebut pada Maara yang tadi menanyakan posisinya sedang ada di mana. Balasan Maara sampai tidak lama kemudian. Sepertinya ia juga sedang online.

'Udah makan belum?'

Putra menghisap rokoknya sebentar sebelum membalas dengan cepat.

'Belum'

'Kebiasaan deh'

Balasan Maara membuat Putra sedikit tersenyum. Ia segera membalas lagi.

'Makan catering aku ya. Terlanjur pesen catering tapi tadi ditraktir makan siang.'

'Oke'

Maara tidak membalas lagi. Putra menutup aplikasi tersebut dan mengunci ponselnya. Ia menghirup rokok dan menoleh ke sampingnya. Baru ia sadari bahwa Hansa memperhatikannya.

"Kretek, Mas?"

***

Well, tertangkap basah sedang membaca chat pribadi orang lain bukanlah sesuatu yang menyenangkan.

Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang