"Kang, Mamah nyuruh turun katanya," Mario melongokkan kepala ke kamar kakaknya.
Seperti biasa rupanya kakaknya sedang merokok di balkon kamar.
"Ada apa?" Hansa mematikan rokoknya dan turun dari jendela.
"Makan meureun. Udah siang. Mamah udah masak," lanjut Mario lagi.
"Oh ya udah. Duluan aja. Nanti saya turun," Hansa mengangguk lalu adiknya pun meninggalkan kamar.
Hansa merapikan pakaiannya dan mengambil barang-barangnya. Ia akan makan siang di rumah sebelum berangkat ke luar untuk menemui seseorang. Seseorang yang sudah sedari tadi berkeliling di mall dan sebenarnya tidak meminta Hansa menjemputnya. Tapi untuk mendalami peran sebagai laki-laki yang baik, Hansa menawarkan diri.
"Mah," sapa Hansa saat sampai di meja makan.
"Sini atuh makan dulu. Mau kemana ini teh rapi banget?" tanya ibunya yang takjub melihat penampilan Hansa yang rapi.
"Mau ada perlu ke luar," Hansa tersenyum tipis lalu duduk di kursi.
"Sama cewe ya? Akhirnya euy," Mario tertawa mengejek kakaknya.
"Kang Hansa akhirnya punya pacar? Asik atuh," Adiknya yang lain, Irwan, menghampiri meja dan ikut meledek kakak tertuanya.
"Naon sih kalian," Hansa mengabaikan kata-kata adiknya lalu mengambil makanan yang sudah dimasak oleh sang ibu.
"Tumben soalnya weekend gini keluar siang-siang. Biasanya cuma buat bantu Mamah jualan. Mana bajunya rapi. Wangi lagi nih," Irwan mengendus baju kakaknya dan membuat Hansa menepiskan lengannya jauh-jauh.
Mario ikut terbahak. "Kenalin atuh Kang,"
"Berisik. Mending makan deh makanan kalian," Hansa menunjuk meja makan. Sementara itu Mamah hanya tersenyum melihat anak-anaknya.
"Mau kemana Kang?" tanya Mamah dengan lembut.
Ditanya ibunya, Hansa tidak yakin bisa berkelit seperti ia menghindari adik-adiknya.
"Ada...perlu..." Hansa mendadak salah tingkah.
"Sama siapa?" tanya Mamah lagi. Irwan dan Mario pura-pura makan tapi Hansa tahu mereka menyimak.
"Temen kantor," Hansa mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Cewe?"
Hansa memejamkan mata, menelan makanan dan menatap ibunya. "Iya, cewe,"
Mario dan Irwan tertawa tertahan. Hansa segera melemparkan tatapan maut kepada mereka berdua. Cepat-cepat Mario dan Irwan memandang ke arah lain.
"Hati-hati ya. Enjoy," Mamah tersenyum dan menepuk pundak Hansa. Tidak mengatakan apa-apa lagi dan itu membuat Hansa lega.
Ketika Hansa selesai makan dan siap berangkat, ia menyempatkan diri menjitak kepala kedua adiknya dahulu.
"Jangan usil," bisik Hansa sambil menepuk adik-adiknya.
***
"Apa aku mengganggu acara akhir pekan, Mas Hansa?" tanya Maara dengan nada suaranya yang ceria.
"Aku gak punya acara akhir pekan," Hansa mengangkat bahu, tersenyum tipis.
"Rencananya hari ini ngapain kalau gak ke sini ketemu aku?" Maara berjalan pelan di sampingnya. Sesekali tersenyum padanya ataupun pada etalase yang terpampang di mall ini.
"Ngerjain proyek sampingan, tidur, makan, ngerokok, main game. Yah begitu aja, Mar," Hansa mengangkat bahu, membuka lengannya lalu memasukkanya kembali ke saku jaket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)
RomanceIni bukan cerita perselingkuhan. Meski mungkin lama kelamaan kamu akan merasa ada yang tidak benar di hubungan orang-orang ini. Ini juga bukan cerita sedih. Meski mungkin ada beberapa kejadian yang membuat kamu akan ikut merasa sedih. Ini cerita bia...