8 - PUTRA YANG MISTERIUS

9.3K 946 16
                                    

"Lo kenapa?" Rizky menarik pundak Putra begitu mereka kembali hanya berdua.

"Kenapa apanya?" Putra menarik pundaknya dari cengkraman Rizky dan memperbaiki pakaiannya.

"Kenapa gak ngomong apa-apa sama Maara? Dia kesel banget tahu," Rizky berdecak. Heran dengan kelakuan temannya.

"Gak ada yang mau gue omongin," ujar Putra, masih tanpa ekspresi, menekan tombol lift agar terbuka.

Rizky menggeleng. Temannya ini memang tidak bisa ditebak.

"Sekedar nyapa kan bisa," usul Rizky.

"Lo kan udah nyapa," Putra menatap pintu lift yang masih menutup.

"Lo harusnya nyapa juga," kata Rizky dengan geram.

Kali ini Putra diam. "Dia marah sama gue,"

"Berarti lo bikin dia gak marah lagi dong." Pintu lift terbuka dan Rizky melangkah masuk. Tersenyum pada orang yang sudah ada di dalam lift. "Siang, Mas Hansa."

Hansa membalas dengan senyum sambil mengangguk.

"Nanti juga marahnya reda sendiri," Putra masih keras kepala.

"Maara tuh suka sama lo, Putra. Ketika lo bikin dia kesal ya pasti dia berharap lo datang ke dia untuk bikin dia lebih tenang," Rizky akhirnya mengucapkan kata-kata itu. Dia kemudian sedikit menyesal. Harusnya Maara sendiri yang mengatakan bahwa dia menyukai Putra.

Putra menatap Rizky melalui pantulan di cermin lift. Rizky balas menatap temannya, menunggu jawaban.

"Gue tahu," Cuma itu jawaban Putra.

Di belakang mereka, Hansa memperhatikan percakapan itu dengan saksama.

***

"Hansa, kenalkan ini Maara. Maara, ini Hansa." Dengan senyum di wajah, Nitya memperkenalkan Hansa kepada Maara pada acara makan malam yang sengaja Nitya siapkan.

Bukan makan malam biasa tentunya. Karena lokasinya bukan di warung tenda belakang kantor dan Nitya harus menyeret Hansa dengan merayunya berkali-kali. Maara pun mempersiapkan diri dengan penampilan terbaiknya.

Hansa melirik Nitya dengan tatapan penuh pertanyaan sebelum mengalihkan tatapannya pada Maara. Maara tersenyum dan mengulurkan tangan.

"Alamanda Maaraa, Maara," jarang Maara menyebutkan nama lengkapnya. Hanya kali ini karena Maara ingin Hansa benar-benar mengenalnya lebih detil.

"Hey, nama yang bagus. Kenapa gak dipanggil Alamanda?" tanya Hansa sambal menjabat tangan Maara.

"Kepanjangan, Mas," ujar Maara dengan senyuman yang ia usahakan semanis mungkin.

"Oh. Hansa Rajendra Setiawan, Hansa."

"Eh aku baru tahu nama lengkapnya Mas Hansa ternyata itu," Maara terkejut dan menatap Nitya serta Hansa bergantian.

"Kenapa namanya? Aneh ya?" Hansa tertawa pelan.

Maara ikut tertawa agar tidak membuat Hansa berpikir namanya aneh. Malah menurut Maara nama Hansa sangat bagus.

"Bagus kok namanya, Mas," ujar Maara sambal tersipu.

"Cuma gue yang namanya biasa." Nitya tersenyum, mengambil minuman dan mengangkat bahu. "Annisa Safitri, Nitya,"

Maara dan Nitya tertawa. Berbeda dengan Hansa yang hanya tersenyum sedikit.

"Kamu punya kakak atau adik, Mar?" Hansa memajukan tubuhnya saat berbicara pada Maara.

Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang