17 - KEMARAHAN MAARA

9.3K 1K 82
                                    

Rasanya Nitya tidak ingin beranjak dari tempat tidurnya sama sekali. Perasaannya terlalu rapuh dan itu mempengaruhi kondisi tubuhnya juga. Dia sama sekali tidak punya muka untuk datang ke kantor. Ia tidak mau bertemu Zul. Sepertinya Zul tidak akan mempermasalahkan Nitya yang terlalu percaya diri bahwa Zul menyukai dirinya. Tapi bagi Nitya, ia terlalu malu akan hal itu. Ia tidak siap bertemu Zul saat ini.

Nit, are you alright?

Nitya mengintip layar ponselnya yang menunjukkan pesan dari Hansa. Sejak Nitya pulang kemarin Hansa meneleponnya dan menghubunginya beberapa kali untuk menanyakan keadaannya. Tapi Nitya tidak membalas satu pun pesan Hansa.

Hansa. Pikiran apa yang sempat terlintas di benak Nitya kemarin perihal Hansa? Bisa-bisanya Nitya berniat mengambil kembari Hansa dari Maara karena ternyata Zul sudah memiliki kekasih. Teman macam apa Nitya kalau dia berani melakukan hal itu. Lagipula Nitya sudah yakin untuk menjodohkan Hansa dengan Maara. Hansa akan jauh lebih bahagia dengan Maara daripada dengan dirinya. Maara juga akan mendapat pasangan yang seimbang jika berpasangan dengan Hansa.

Mas Anas is calling.

"Crap," gumam Nitya. "Ya Mas?"

"Nanti siang bantu gue untuk meeting sama Syco ya," ujar Mas Anas tanpa basa basi atau sapaan selamat pagi.

"Syco? Simon Cowell?"

"Iya Syco yang itu. Tapi bukan Simon yang datang. Oke Nit? Gue tunggu ya. Jam 1 siang udah siap di ruangan Mas Tito," Mas Anas langsung menutup telepon.

Tidak mungkin Nitya menolak. Mas Anas sulit ditentang. Selain itu, undangan meeting dengan salah satu agensi terbesar di dunia adalah kesempatan yang sangat baik.

"Heartbroken won't stop my career," tekad Nitya lalu bergegas ke kamar mandi.

***

Meeting dengan Syco rupanya menyenangkan. Perwakilan mereka sangat terbuka untuk kerja sama yang akan dilakukan. Mereka juga orang-orang yang humoris. Tidak hentinya tawa terdengar selama meeting berlangsung. Meeting yang rencananya dilakukan hanya dua jam, berlanjut hingga makan malam bersama. Nitya baru kembali ke kantor pukul delapan malam untuk menyelesaikan pekerjaannya yang lain.

"Kok tumben sih udah sepi," gumam Nitya saat ia menaruh dompet di atas meja. Memandang berkeliling untuk melihat bahwa hanya tinggal beberapa orang yang masih ada di mejanya.

Nitya mengangkat bahu lalu duduk di tempatnya. Menyalakan laptop dan mulai bekerja lagi. Meeting dengan Syco sangat menyita waktunya tapi Nitya tidak menyesal. Kesempatan kerjasama ini adalah salah satu hal menyenangkan yang Nitya bisa dapatkan di pekerjaannya ini.

"Lo belum balik, Nit?" terdengar suara Hansa dari belakang Nitya. Tanpa perlu melihat pun Nitya sudah hafal.

"Belum. Gue baru selesai meeting dan ini baru mau ngerjain kerjaan yang lain," jawab Nitya tanpa memandang Hansa.

"Hmm. Rencana balik jam berapa?"

"Nggak tahu. Kenapa?" Kali ini Nitya mengangkat kepalanya untuk melihat Hansa.

"Siapa tahu mungkin lo perlu temen. Seperti yang lo lihat, sekarang sudah sepi di sini," Hansa menunjuk ke sekeliling mereka.

Nitya menyusuri lagi lantai 31. Benar-benar sudah sepi. Hanya ada dirinya dan Hansa di sini.

"Bener juga. Kalau gitu gue gak mau lama-lama deh. Sampai jam 9 aja cukup," Nitya tersenyum lalu kembali menunduk.

Tidak terdengar suara Hansa lagi. Sepertinya Hansa juga sedang sibuk bekerja. Ini memberikan ketenangan bagi Nitya karena ia perlu bekerja tanpa diganggu.

Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang