18 - PERMINTAAN MAAF PUTRA DAN HANSA

9.2K 1K 72
                                    

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI!

Masih dalam suasana Lebaran ya, jadi masih boleh ya Mohon Maaf Lahir dan Batin. Maaf kalau ceritanya masih banyak typo, maaf kalau ceritanya kadang agak nyindir (eh masa sih?), maaf kalau balas komen kadang suka rese (tergantung jenis komennya juga sih).

Ini ya update terbaru dari Office Affairs. Hari ini itungannya masih 'setelah Lebaran' kan? Jadi jangan pada protes ya. Baru juga maap-maapan. Wkwkwk. 

Selamat membaca!

*** 

Maara tidak masuk bekerja selama dua hari. Meminta ijin kepada atasannya dengan alasan dia sedang sakit parah dan tidak masuk bekerja. Hanya kepada Sakina ia bisa bercerita detil mengenai apa yang terjadi antara dirinya, Nitya dan Hansa. Lagi-lagi cerita Maara dipenuhi tangis dan air mata. Rasa kesal, kecewa, sedih, marah, bercampur dalam dirinya. Maara hanya tidak habis pikir kenapa Nitya tega melakukan itu padanya. Terlebih lagi Hansa yang memanfaatkan dirinya demi bisa mendapatkan Nitya. Padahal Maara sudah begitu percaya padanya. Maara sudah percaya bahwa apa yang ia lihat di mata Hansa adalah nyata.

"I hate it," Maara memejamkan matanya.

***

Maara merasa ada yang memperhatikannya. Tapi di kamarnya ini tidak ada siapa-siapa. Jangan-jangan... Maara terus memejamkan matanya dan berdoa panjang. Semua doa yang ia tahu untuk mengusir tatapan menusuk yang ia rasakan. Ketika Maara merasa tidak ada lagi yang memperhatikannya, Maara membuka matanya.

"Ya ampun!" Maara menutup matanya lagi.

"Apa?" pertanyaan khas Putra.

"Kenapa kamu bisa ada di kamar aku?" pekik Maara sambal menarik selimut menutupi tubuhnya lebih rapat. Ia memiliki kebiasaan untuk tidur tanpa pakaian dalam. Jangan sampai Putra melihat yang tidak perlu dilihat.

"Di bawah lagi ada acara arisan mama kamu. Jadi waktu aku kemari buat nengok kamu, katanya disuruh nunggu di kamar aja. Asal pintunya tetap dibuka," Putra menunjuk pintu kamar yang terbuka.

"Ya ampun," Maara menarik selimut menutupi wajahnya. "Tumben kamu ngomongnya panjang."

"Karena Sakina bilang kalau aku ngomong pendek-pendek, kamu anggap aku gak menghargai kamu," jawab Putra kalem.

Maara membuka lagi selimutnya. "Oh gitu. Kata Sakina ya,"

Putra mengangkat bahu.

"Ayo kita keluar," Putra berdiri dan menghampiri tempat tidur.

"Eh mau kemana?" Maara khawatir Putra akan melakukan hal yang aneh.

"Refreshing," Putra mengulurkan tangannya.

"Ke mana?" Maara bertanya lagi.

"Ke tempat romantis. Ayo mandi," Putra menarik selimut namun Maara mempertahankannya.

"Sana sana keluar dulu!" Maara memekik.

Putra tertawa pelan. Segera dia berjalan keluar.

***

"Aku kira tuh ya, kamu mau ngajak ke tempat yang artsy, artsy kekinian gitu," kata Maara sambal memandang sekeliling Skye.

"Memangnya tempat ini gak kekinian?" tanya Putra kalem sambal memakan hidangan pesanannya.

"The place is cool. But it wasn't I expected," Maara mengangkat bahu, meminum mojito yang segar.

"Aku suka kamu, Mar, dan aku pikir di sini tempat yang tepat untuk mengatakannya," kata Putra. Dia seakan berkata bahwa dia menyukai makanan mahal yang dia pesan.

Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang