"Bisa-bisanya ternyata sepupu aku adalah temen kecil kamu," ujar Maara pada Nitya sembari merapikan hiasan rambut Nitya.
Nitya tertawa. "Aku pun nggak tahu. Kamu nggak pernah ngepost foto apa-apa soal sepupu kamu."
Maara mengangkat bahu. "Bukan tipe keluarga besar yang suka foto-foto."
"Lagian kalian tinggal juga beda kota kan?" tanya Nitya.
"Begitulah. Aku kecil di Kuala Lumpur, kalian kecil di Jakarta," Maara berkata sedikit mengawang. Teringat masa kecilnya yang jauh di negeri orang dan membuatnya tidak terlalu dekat dengan keluarga besarnya yang lain.
Nitya tersenyum. "Tapi aku bersyukur sih ternyata calon suami aku adalah sepupu dari salah satu teman baik aku,"
Maara ikut tersenyum. Melihat pantulan wajah Nitya dan dirinya di kaca. Setelah acara pertemuan dan perjodohan saat itu, hari ini Nitya dan Wira akan melaksanakan acara lamaran resmi sebelum pernikahan mereka tiga bulan lagi.
"Aku memang nggak deket sama Wira. Tapi aku tahu dia salah satu sepupu yang paling asyik dan supel. You guys will be a great couple," Maara memeluk Nitya.
"Thank you, Maaaaaar," Nitya terkikik.
"Ngomong-ngomong, Hansa atau Putra yang datang nemenin kamu hari ini?" Nitya menoleh.
"Duh aku nggak tahu," Maara mengangkat bahu. "Mereka berdua ngajak jalan hari ini. Aku bilang nggak bisa karena harus ikut ke acara lamaran Nitya yang ternyata mau nikah sama sepupu aku. Aku Cuma nyebut tempat dan waktunya. Nggak tahu deh mereka bakal datang atau nggak."
"Kalau ternyata dua-duanya datang gimana?" Nitya tertawa membayangkan Putra dan Hansa keduanya datang untuk menemui Maara.
Maara mengangkat bahu dan menggeleng. "Nggak mungkin. Laki-laki kan susah nangkap kode."
***
Rupanya Maara salah memperkirakan. Karena ketika dia keluar dari ruang ganti Nitya untuk menemui keluarganya yang sedang menunggu, dia melihat keberadaan baik Hansa maupun Putra. Hansa sedang mengobrol dengan Via dan Putra sedang mengobrol dengan Azra. Mulut Maara refleks menganga. Tidak menyangka keduanya akan hadir dengan pakaian yang rapi dan lengkap. Entah mengenalkan diri sebagai apa.
"Maara," panggil Azra yang sudah sadar lebih dulu akan keberadaan Maara.
Via, Hansa, dan Putra semuanya ikut menoleh. Mereka berempat memandangi Maara yang wajahnya langsung berubah merah dan kaku.
"Pacar kamu nih!" seru Azra dan Via bersamaan.
Maara langsung menutup wajahnya. Tidak berani melihat kejadian dimana Hansa dan Putra berbalik dan akhirnya saling memandang setelah keduanya saling memunggungi. Via dan Azra juga saling mengernyit pada satu sama lain.
"Bukannya Hansa pacarnya Maara?" tanya Via bingung.
Hansa menyunggingkan senyum kaku.
"Tadi juga kamu bilang kamu temen deketnya Maara kan?" tanya Azra.
Putra hanya tertawa pelan.
Maara menurunkan tangan dari wajahnya dan memberi isyarat agar Hansa dan Putra mengikutinya. Maara berjalan di depan. Di belakangnya, Hansa dan Putra mengikuti tanpa berkata apa-apa.
"Jangan suka ngaku-ngaku deh kalau jadi orang," Maara mengulurkan kedua tangan dan mencubit pipi kanan Hansa dan pipi kiri Putra.
"Ouch, Mar," seru mereka berdua.
"Kapan aku jadi pacar kalian? Kapan juga kalian minta aku jadi pacar kalian? Ngarang banget-banget!" Maara melepaskan cubitannya dan melipat kedua tangannya di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Office Affairs - END (GOOGLE PLAY)
RomanceIni bukan cerita perselingkuhan. Meski mungkin lama kelamaan kamu akan merasa ada yang tidak benar di hubungan orang-orang ini. Ini juga bukan cerita sedih. Meski mungkin ada beberapa kejadian yang membuat kamu akan ikut merasa sedih. Ini cerita bia...