4. Pasangan baru

845 53 14
                                    

Mencintai itu... sederhana

———

“Namanya Nanda Delian Putri. Senior paling cantik di sekolah kita. Ramah, murah senyum, ketua klub musik, udah gitu punya body goalss lagi. Cowok kayak Kak Agam aja bisa kepincut sama dia,”

Jelas Icha tanpa mengalihkan pandangan dari objek yang sejak tadi ia bicarakan. Ia lalu menatap kearah Miranda, yang terus memperhatikan Nanda yang duduk di meja kantin tak jauh dari posisi mereka.

Ada perasaan kagum sekaligus minder dalam hati Miranda. Ternyata gadis pemilik liontin itu memang adalah seniornya. Dia cantik, sangat cantik malah. Sampai-sampai Miranda pun tidak akan berani bersaing dengan cewek sesempurna dia.

Memikirkan hal itu Miranda jadi tertawa sendiri. Menertawakan dirinya yang memberanikan diri jatuh cinta kepada orang seperti Agam. Orang biasa sepertinya, jatuh cinta pada the most wanted? Hahaha.

“Lo selama sekolah ngapain aja sih, Mir? Masa orang kayak Kak Nanda yang super populer itu lo nggak tau? Semua orang aja tau kalau Kak Nanda itu punya hubungan khusus dengan Kak Agam,” Oceh Icha, kemudian mengunyah baksonya dengan cepat.

Mendengar itu Miranda hanya mampu menghela pelan. Selama ini Icha memang selalu memberi tahunya bahwa Agam mempunyai seseorang yang dia suka. Namun Miranda tidak pernah menganggap serius hal itu, ia berfikir Icha hanya ingin agar dia berhenti menyukai Agam. Agar dia berhenti menyakiti dirinya sendiri dengan jatuh cinta seperti ini.

Dan, saat ini Miranda benar-benar melihat fakta yang membuka matanya. Menyadarkannya dari mimpi kelabu yang hanya membawa angan-angan tak tercapai. Bahwa selama ini ia terlalu banyak berkhayal tentang dirinya dan Agam, padahal sudah jelas tidak ada kisah diantara mereka.

“Wajar sih, Kak Nanda itu cantik. Cocok,” Ucap Miranda jujur.

Icha menatap Miranda. Ia jadi merasa bersalah tiba-tiba. “Lo juga cantik kok, Mir. Jangan minder gitu ah,”

Miranda tertawa. “Gak usah bohong buat ngehibur gue kali. Lo udah kayak ngeledek tau,”

“Gue serius ih,” Icha menatap sebal pada Miranda. Sahabatnya itu memang selalu merendahkan dirinya sendiri, menganggap dirinya biasa saja. Padahal kenyataannya Miranda memiliki karakteristik wajah manis, meskipun jika di bandingkan dengan Nanda ia tetap kalah. Namun Icha tahu, banyak cowok yang akan mengantri pada Miranda seandainya cewek itu tidak terlalu menutup diri dan kaku.

Tiba-tiba saja suasana kantin berubah sunyi. Menyadari perubahan itu, Miranda mengedarkam pandangan. Mencari penyebab kesunyian ini. Dan tepat saat tatapannya mengarah pada empat cowok famous yang berjalan memasuki kantin, barulah Miranda sadar alasannya.

Tetapi Miranda mengerutkan kening saat menyadari mereka berjalan kearahnya. Ia tidak salah lihat. Apalagi ketika menatap Reza, cowok yang kemarin menyatakan perasaannya yang saat ini juga ikut menatapnya. Tatapan Miranda kemudian beralih pada Agam. Sial, tatapan mereka bertemu. Dan Miranda merutuki dirinya yang selalu mampu terkunci dalam naungan tatapan Agam.

“Gue perlu ngomong sama lo, ikut gue yah?”

Suara Reza menyentakkan Miranda. Gadis itu menoleh, ternyata cowok itu sedang berbicara pada Icha. Dan Miranda dapat melihat Icha yang menegang di tempat, berusaha menyembunyikan kegugupannya meskipun tetap terlihat.

Tidak butuh waktu lama, hingga Icha mengangguk pelan. Membuat Reza tersenyum, kemudian mengulurkan tangannya yang di sambut oleh Icha. Icha menatap Miranda sebentar, seakan memberitahukan bahwa ia akan baik-baik saja.

Tepat saat beberapa langkah mereka pergi meninggalkan kantin, Miranda dapat melihat Reza yang menoleh kebelakang. Menatapnya dengan senyuman.

Dan Miranda tahu, itu bukan pertanda baik.

--{}--{}--{}--

Miranda berlari menyusuri koridor. Mencari jejak Icha yang entah pergi kemana bersama keempat cowok itu. Dalam hati Miranda merutuki dirinya yang bisa-bisanya kehilangan arah. Padahal ia pasti bisa mengikuti mereka andai saja tidak harus mengantri membayar makanannya di kantin dulu tadi.

Guysss! Ada pertunjukan seru di lapangan! Kak Reza mau nembak cewek!”

Salah satu siswi cewek berlari lebih cepat sambil berteriak. Berhasil membuat Miranda menghentikan langkah, mencerna baik-baik perkataan cewek tadi. Ketika menyadari apa yang sedang terjadi, ia langsung berlari cepat bersama dengan para murid lain yang juga penasaran menuju lapangan.

Miranda mendengus pelan, saat ternyata lapangan sudah ramai dengan para murid yang menonton. Ia dengan susah payah menorobos masuk untuk melihat. Ternyata butuh waktu lama, karena aksi dorong-dorong para murid namun akhirnya Miranda berhasil menerobos kerumunan itu.

Ia terpaku, melihat Reza yang berlutut di hadapan Icha. Menyerahkan sebuah bunga sebagai simbol dari pernyataan cintanya. Bukan itu yang membuat Miranda terpaku, tapi raut wajah Icha yang berseri-seri dan tampak malu. Itu bukan hal baik, Miranda harus mencegahnya.

Baru saja Miranda ingin memasuki lapangan dan menarik Icha, tapi sebuah tangan tiba-tiba menahan lengannya. Miranda tersentak kemudian menolehkan kepala. Tatapannya berhenti pada mata elang itu lagi.

“Jangan ikut campur,”

Miranda berkedip, tepat saat Agam berbicara. Ia lalu melepaskan diri dari cengkraman cowok itu. “Maaf Kak, tapi aku nggak bisa—”

“Di hadapan semua orang sebagai saksi. Isyara Tania, mau nggak lo jadi pacar gue?”

Ucapan Miranda terpotong karena suara lantang dari Reza. Ia memandang kedua orang yang saat ini sedang menjadi pusat perhatian semua orang. Tepat saat Icha sempat menyadari keberadaannya dan menoleh padanya, Miranda langsung menggeleng cepat. Seakan memberitahukan untuk menolak cowok itu.

Tetapi Icha malah menampilkan wajah seperti meminta maaf. Sebelum melakukan sesuatu yang sejak tadi menjadi ketakutan Miranda.

“Iya,”

Semua orang bersorak heboh. Reza tersenyum saat Icha menerima bunganya. Lelaki itu kemudian berdiri lalu tanpa aba-aba langsung memeluk Icha.

“Bego,” Ucap Miranda, menghela nafas kasar.

“Semua cewek emang bego,” Ujar Agam, suara bass khas miliknya membuat Miranda kembali menoleh. “Selalu jatuh cinta sama orang yang salah. Itu karena cewek lebih mentingin perasaan daripada otak, sampai-sampai nggak tau mana yang harus di cintai dan mana yang enggak,”

“Cewek bukannya bego. Tapi mengimbangi cowok yang cuma ngandelin otak tanpa perasaan. Kakak bisa ngomong kayak gitu karena belum tau arti sebenarnya dari jatuh cinta,” Ucap Miranda lalu tanpa menunggu respon Agam ia langsung pergi begitu saja. Meninggalkan lapangan yang masih nampak riuh karena pasangan baru yang baru resmi jadian itu.

Untuk pertama kalinya, Miranda melihat Agam dengan tatapan kecewa dan kesal.

--{}--{}--{}--

Jangan lupa vote and comment hehe:v
Maaf kalau masih ada typo,
Maklumilah penulis amatiran ini :"

Salam hangat,
aisfaqita

Rahasia RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang